Laman

Translate

Wednesday, January 13, 2016

METODE PARCIPATORY RURAL APPRAISALL DALAM PERLIBATAN DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT


1.   Pengertian
Secara harfiah, Participatory Rural Appraisal (PRA) merupakan penilaian/pengkajian/penelitian keadaan desa secara partisipatif. Dengan demikian metode PRA artinya adalah cara yang digunakan dalam melakukan kajian untuk memahami keadaan atau kondisi desa dengan melibatkan partisipasi masyarakat.
Selain itu, PRA juga merupakan sekelompok pendekatan dan metode yang memungkinkan masyarakat desa untuk saling berbagi, meningkatkan, dan menganalisis pengetahuan mereka tentang kondisi dan kehidupan desa, membuat rencana dan bertindak. Usaha-usaha pengembangan masyarakat dilakukan mengikuti daur program. Daur program adalah tahapan-tahapan dalam pengembangan program mulai dari identifikasi masalah dan kebutuhan, pencarian alternatif kegiatan, pemilihan alternatif kegiatan, pengorganisasian dan pelaksanaan kegiatan, serta pemantauan dan evaluasi (Driyamedia, 2006).
Anonim (2002), pendekatan, metode dan teknik PRA (Participatory Rural Appraisal) berkembang pada periode 199O-an. Participatory Rural Appraisal (PRA) adalah sebuah metode pemahaman lokasi dengan cara belajar dari, untuk dan bersama dengan masyarakat untuk mengetahui, menganalisa dan mengevaluasi hambatan dan kesempatan melalui multi-disiplin dan keahlian untuk menyusun informasi dan pengambilan keputusan sesuai dengan kebutuhan. PRA mempunyai sejumlah teknik untuk mengumpulkan dan membahas data.
Participatory Rural Appraisal (PRA) adalah penilaian/pengkajian/penelitian keadaan desa secara partisipatif. Maka dari itu, metode PRA adalah cara yang digunakan dalam melakukan pengkajian/penilaian/penelitian untuk memahami keadaan atau kondisi desa/wilayah/lokalitas tertentu dengan melibatkan partisipasi masyarakat. Metode Participatory Rural Appraisal ini dikembangkan oleh Robert Chambers.

2.    Tujuan Participatory Rural Appraisal
Pada intinya Participatory Rural Appraisal adalah sekelompok pendekatan atau metode yang memungkinkan masyarakat desa untuk saling berbagi, meningkatkan, dan menganalisis pengetahuan mereka tentang kondisi dan kehidupan desa, serta membuat rencana dan tindakan nyata. Metode Participatory Rural Appraisal dikembangkan dengan dua tujuan utama, yaitu:
a.    Tujuan praktis (tujuan jangka pendek) adalah menyelenggarakan kegiatan bersama masyarakat untuk mengupayakan pemenuhan kebutuahan praktis dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekaligus sebagai sarana proses belajar tersebut.
b.    Tujuan strategis (tujuan jangka pendek) adalah mencapai pemberdayaan masyarakat dan perubahan sosial melalui pengembangan masyarakat dengan menggunakan pendekatan pembelajaran

3.  Prinsip-Prinsip Participatory Rural Appraisal
a.    Prinsip mengutamakan yang terabaikan (keberpihakan).
Mengutamakan masyarakat yang terabaikan agar memperoleh kesempatan untuk memiliki peran dan mendapat manfaat dalam kegiatan program pembangunan. Keberpihakan ini lebih pada upaya untuk mencapai keseimbangan perlakuan terhadap berbagai golongan yang terdapat di suatu masyarakat, mengutamakan golongan paling miskin agar kehidupannya meningkat.
  1. Prinsip pemberdayaan (penguatan) masyarakat.
Peningkatan kemampuan masyarakat, kemampuan itu ditingkatkan dalam proses pengkajian keadaan, pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan, sampai pada pemberian penilaian dan koreksi kepada kegiatan yang berlangsung.
  1. Prinsip masyarakat sebagai pelaku dan orang luar sebagai fasilitator.
Menempatkan masyarakat sebagai pusat dari kegiatan pembangunan. Orang luar juga harus menyadari peranannya sebagai fasilitator.
  1. Prinsip saling belajar dan menghargai perbedaan.
Salah satu prinsip dasarnya adalah pengakuan akan pengalaman dan pengetahuan tradisional masyarakat.
  1. Prinsip informal.
Kegiatan Participatory Rural Appraisal diselenggarakan dalam suasana yang bersifat luwes, terbuka, tidak memaksa dan informal. Situasi ini akan menimbulkan hubungan akrab, karena orang luar akan berproses masuk sebagai anggota masyarakat, bukan sebagai tamu asing yang oleh masyarakat harus disambut secara resmi.
  1. Prinsip Triangulasi.
Prinsip ini lebih berhubungan dengan perolehan informasi. Adakalanya informasi yang dikemukakan oleh individu ada kemungkinan tidak dibenarkan menurut kelompok. Ada kemungkinan juga informasi yang diberikan kelompok tidak cocok dengan realitas. Oleh sebab itu prinsip triangulasi merupakan tindakan untuk mengontrol sumber informasi. Dalam masyarakat nelayan misalnya kalau juragan mengemukakan informasi maka tingkat subyektivitasnya juga tinggi mana kala berkenaan dengan kepentingan para juragan itu. Demikian juga dengan kelompok yang lain. Karena sumber informasi itu banyak maka kebenaran informasi itu perlu dicari melalui berbagai pihak dengan cara cross check.
  1. Prinsip mengoptimalkan hasil.
Prinsip mengoptimalkan atau memperoleh hasil informasi yang tepat guna menurut metode Participatory Rural Appraisal adalah : - Lebih baik kita "tidak tahu apa yang tidak perlu kita ketahui" (ketahui secukupnya saja), - Lebih baik kita "tidak tahu apakah informasi itu bisa disebut benar seratus persen, tetap diperkirakan bahwa informasi itu cenderung mendekati kebenaran" (daripada kita tahu sama sekali)
  1. Prinsip orientasi praktis.
Artinya bahwa program program yang dikembangkan dengan metode Participatory Rural Appraisal ini lebih berorientasi pada pemecahan masalah secara praktis. Misalnya saja apa yang menjadi masalah kesehatan ibu dan anak di desa, potensi (kemampuan manusia atau kelompok untuk mengerakkan perubahan ) apa yang dimiliki, tersedianya potensi pendukung lain atau tidak, yang kemungkinan berada pada kelompok lain atau daerah lain, ada tidaknya sumber yang dimiliki , dan program-program yang dirancang memecahkan kebutuhan banyak pihak
  1. Keberlanjutan.
Dalam kehidupan masyarakat masalah akan berkembang terus, artinya selama manusia itu ada maka masalah tidak pernah akan selesai. Oleh karenanya program yang dirancang oleh masyarakat untuk memecahkan persoalan mereka adalah berkesinambungan dan memungkinkan mengantisipasi munculnya masalah dikemudian hari.
  1. Belajar dari kesalahan.
Dalam Participatory Rural Appraisal kesalahan itu wajar dan sangat manusiawi, oleh sebab itu perencanaan program jangan terlalu sulit sehingga masyarakat tidak mampu memenuhinya. Dalam menyusun kegiatan bukan juga hal yang bersifat coba coba akan tetapi telah mempertimbangkan banyak hal termasuk tentang kesalahan.
  1. Terbuka
Dalam Participatory Rural Appraisal sangat memungkinkan ketidak sempurnaan oleh sebab itu keterbukaan atas tanggapan orang lain terhadap kegiatan Participatory Rural Appraisal ini sangat positif sebab disadari bahwa di setiap metode tidak pernah ada yang berlangsung dengan sempurna.

4.    Struktur Program
Karena tujuan penerapan metode Participatory Rural Appraisal adalah pengembangan program bersama masyarakat, penerapannya perlu senantiasa mengacu pada siklus pengembangan program. Gambaran umum siklus tersebut secara ringkas adalah sebagai berikut :
  1. Pengenalan masalah/kebutuhan dan potensi, dengan maksud untuk menggali informasi tentang keberadaan lingkungan dan masyarakat secara umum. 
  2. Perumusan masalah dan penetapan prioritas guna memperoleh rumusan atas dasar masalah dan potensi setempat.
  3. Identifikasi alternatif pemecahan masalah atau pengembangan gagasan guna membahas berbagai kemungkinan pemecahan masalah melalui urun rembug masyarakat.
  4. Pemilihan alternatif pemecahan yang paling tepat sesuai dengan kemampuan masyarakat dan sumber daya yang tersedia dalam kaitannya dengan swadaya.
  5. Perencanaan penerapan gagasan dengan pemecahan masalah tersebut secara konkrit agar implementasinya dapat secara mudah dipantau.
  6. Penyajian rencana kegiatan guna mendapatkan masukan untuk penyempurnaannya di tingkat yang lebih besar.
  7. Pelaksanaan dan pengorganisasian masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangan masyarakat.
  8. Pemantauan dan pengarahan kegiatan untuk melihat kesesuaiannya dengan rencana yang telah disusun.
  9. Evaluasi dan rencana tindak lanjut untuk melihat hasil sesuai yang diharapkan, masalah yang telah terpecahkan, munculnya massalah lanjutan, dll.

5.    Permasalahan Participatory Rural Appraisal
Oleh karenanya beberapa masalah yang timbul akibat merebaknya penggunaan metode Participatory Rural Appraisal adalah :
  1. Permintaan melampaui kemampuan akibat metode ini dilatihkan dalam forum yang formal tanpa cukup kesempatan untuk menghayati dan mendalami prinsip yang mendasarinya. 
  2. Kehilangan tujuan dan kedangkalan hasil akibat penerapan yang serampangan di lapangan tanpa tujuan yang jelas.
  3. Kembali menyuluh akibat petugas tidak siap untuk memfasilitasi partisipasi masyarakat.
  4. Menjadi penganut fanatik karena tidak munculnya improvisasi dan variasi petugas untuk menggali lebih dalam permasalahan di masyarakat.
  5. Mengatasnamakan Participatory Rural Appraisal untuk kegiatan yang sepotong-potong di luar konteks program pengembangan masyarakat.
  6. Terpatok waktu akibat program yang berorientasi pada target (teknis, administratif).
  7. Kerutinan yang dapat membuat kegiatan tidak hidup lagi sehingga terjebak dalam pekerjaan yang rutin dan membosankan.

6.  Teknik-Teknik Participatory Rural Appraisal
Teknik-teknik Participatory Rural Appraisal antara lain :
a.    Review Data Sekunder (Secondary Data Review/SDR)
          Merupakan cara mengumpulkan sumber-sumber informasi yang telah diterbitkan maupun yang belum disebarkan. Tujuan dari usaha ini adalah untuk mengetahui data manakah yang telah ada sehingga tidak perlu lagi dikumpulkan.
b.    Observasi Langsung (Direct Observation)
          Direct Observation adalah kegiatan observasi langsung pada obyek-obyek tertentu, kejadian, proses, hubungan-hubungan masyarakat dan mencatatnya. Tujuan dari teknik ini adalah untuk melakukan cross-check terhadap jawaban-jawaban masyarakat.
c.    Wawancara Semi Terstruktur (Semi-Structured Interviewing/SSI)
          Teknik ini adalah wawancara yang mempergunakan panduan pertanyaan sistematis yang hanya merupakan panduan terbuka dan masih mungkin untuk berkembang selama interview dilaksanakan. SSI dapat dilakukan bersama individu yang dianggap mewakili informasi, misalnya wanita, pria, anak-anak, pemuda, petani, pejabat lokal.
d.    Diskusi Kelompok Terfokus (Focus Group Discussion)
          Teknik ini berupa diskusi antara beberapa orang untuk membicarakan hal-hal bersifat khusus secara mendalam. Tujuannya untuk memperoleh gambaran terhadap suatu masalah tertentu dengan lebih rinci.
e.    Preference Ranking and Scoring.
          Adalah teknik untuk menentukan secara tepat problem-problem utama dan pilihan-pilihan masyarakat. Tujuan dari teknik ini adalah untuk memahami prioritas-prioritas kehidupan masyarakat sehingga mudah untuk diperbandingkan.

f.     Direct Matrix Ranking.
          Adalah sebuah bentuk ranking yang mengidentifikasi daftar criteria obyek tertentu. Tujuannya untuk memahami alasan terhadap pilihan-pilihan masyarakat, misalnya mengapa mereka lebih suka menanam pohon rambutan dibandingkan dengan pohon yang lain. Kriteria ini mungkin berbeda dari satu orang dengan orang lain, misalnya menurut wanita dan pria tentang tanaman sayur.
g.    Peringkat Kesejahteraan
          Rangking Kesejahteraan Masyarakat di suatu tempat tertentu. Tujuannya untuk memperoleh gambaran profil kondisi sosio-ekonomis dengan cara menggali persepsi perbedaan-perbedaan kesejahteraan antara satu keluarga dan keluarga yang lainnya dan ketidak seimbangan di masyarakat, menemukan indicator-indikator lokal mengenai kesejahteraan.
h.    Pemetaan Sosial
          Teknik ini adalah suatu cara untuk membuat gambaran kondisi sosial-ekonomi masyarakat, misalnya gambar posisi pemukiman, sumber-sumber mata pencaharian, peternakan, jalan, dan sarana-sarana umum. Hasil gambaran ini merupakan peta umum sebuah lokasi yang menggambarkan keadaan masyarakat maupun lingkungan fisik.
i.     Transek (Penelusuran)
          Transek merupakan teknik penggalian informasi dan media pemahaman daerah melalui penelusuran dengan berjalan mengikuti garis yang membujur dari suatu sudut ke sudut lain di wilayah tertentu.
j.     Kalender Musim
          Adalah penelusuran kegiatan musiman tentang keadaan-keadaan dan permasalahan yang berulang-ulang dalam kurun waktu tertentu (musiman) di masyarakat. Tujuan teknik ini untuk memfasilitasi kegiatan penggalian informasi dalam memahami pola kehidupan masyarakat, kegiatan, masalah-masalah, fokus masyarakat terhadap suatu tema tertentu, mengkaji pola pemanfaatan waktu, sehingga diketahui kapan saat-saat sibuk dan saat-saat waktu luang.
k.    Alur Sejarah
          Alur sejarah adalah suatu teknik yang digunakan untuk mengetahui kejadian-kejadian dari suatu waktu sampai keadaan sekarang dengan persepsi orang setempat. Tujuan dari teknik ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai topik-topik penting di masyarakat.
l.     Analisa Mata Pencaharian
          Masyarakat akan terpandu untuk mendiskusikan kehidupan mereka dari aspek mata pencaharian. Tujuan dari teknik ini yaitu memfasilitasi pengenalan dan analisa terhadap jenis pekerjaan, pembagian kerja pria dan wanita, potensi dan kesempatan, hambatan.
m.  Diagram Venn
          Teknik ini adalah untuk mengetahui hubungan institusional dengan masyarakat. Tujuannya untuk mengetahui pengaruh masing-masing institusi dalam kehidupan masyarakat serta untuk mengetahui harapan-harapan apa dari masyarakat terhadap institusi-institusi tersebut.
n.    Kecenderungan dan Perubahan
          Adalah teknik untuk mengungkapkan kecenderungan dan perubahan yang terjadi di masyarakat dan daerahnya dalam jangka waktu tertentu. Tujuannya untuk memahami perkembangan bidang-bidang tertentu dan perubahan-perubahan apa yang terjadi di masyarakat dan daerahnya.
       Penerapan pendekatan dan teknik Participatory Rural Appraisal dapat memberi peluang yang lebih besar dan lebih terarah untuk melibatkan masyarakat. Selain itu melalui pendekatan Participatory Rural Appraisal akan dapat dicapai kesesuaian dan ketepatgunaan program dengan kebutuhan masyarakat sehingga keberlanjutan (sustainability) program dapat terjamin. Penggunaan Participatory Rural Appraisal mengupayakan tumbuhnya pemberdayaan masyarakat, sehingga keunggulan Participatory Rural Appraisal yaitu menimbulkan :
a.    Munculnya proses partisipasi aktif, baik teknis maupun politis dari masyarakat yang menjadi kelompok sasaran dalam keseluruhan program kegiatan
b.    Tumbuhnya suasana keberpihakan bagi mereka yang selama ini merasa terpinggirkan, terabaikan dalam proses pembangunan, dalam hal ini masyarakat kampung kota yang terkadang sering terkena proyek penggusuran. Teknik Participatory Rural Appraisal mencoba menumbuhkan keseimbangan peran dan pola hubungan antara kelompok dominan dan kelompok yang terpinggirkan. Keberpihakan memberi dasar pada tumbuhnya pemberdayaan, saling belajar dan menghargai perbedaan. Keyakinan bahwa belajar tidak saja hanya mentransfer informasi, pengalaman dan ilmu pengetahuan, tetapi juga mendorong terciptanya ilmu pengetahuan dan kearifan lokal.
                           
7.  Kelebihan dan Kekurangan Participatory Rural Appraisal
a.    Masyarakat yang merupakan pelaku program kegiatan dapat berpartisipasi aktif. Tingkat kesesuaian programnya dengan kebutuhan masyarakat akan besar sehingga keberhasilan dan keberlanjutan (sustainability) program dapat terjamin.
b.    Teknik Participatory Rural Appraisal memberi keseimbangan peran dan pola hubungan antara kelompok dominan dan kelompok yang terpinggirkan (misalnya: kaya dan miskin; pusat dan pinggiran).
c.    Metode dan teknik dalam Participatory Rural Appraisal terus berkembang sehingga bisa timbul beberapa persepsi dalam penerapannya secara praktis.

Butuh waktu yang tidak sebentar dan besarnya biaya.

No comments:

Post a Comment