RAHMI MAULISA
IRMA SURYANI
ARLINA
NURUL AIDI
TIA ARISKA
PUTRI ALHUSNA
MAUZA RAHMI
NORA TAMRENA
RISNA WATI
RITA ZAHARA D
NOVETRI EKA RAHAYU
HENNI ARYANI
ELIDIANA
INGE HERNISIA
MARIA ULFA
Dosen Pembimbing :
Nurliah,S.SiT
Cut Kasmiati,S.ST
AKADEMI
KEBIDANAN DARUSSALAM
LHOKSEUMAWE
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Menyusui merupakan sebuah proses terindah dan sangat besar manfaatnya,
peneliti medis telah membuktikan bahwa ASI memiliki berbagai keunggulan yang
tidak tergantikan dengan susu manapun. Bahkan, agama menekankan pentingnya
memberi ASI pada buah hati bahkan Allah SWT dalam surat cintanya telah
berfirman : “ para ibu hendaklah menyusukan anak –anaknya selama 2 tahun penuh,
yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan.” (QS Al-Baqarah [2] : 223).
Menurut WHO setiap tahun terdapat 1 – 1,5 juta bayi
di dunia meninggal karena tidak diberi ASI secara Eksklusif kepada sang buah hati. Sayangnya, masih banyak
ibu yang kurang memahami manfaat pentingnya pemberian ASI utuk sang buah hati,ASI
eksklusif sangat penting sekali bagi bayi usia 0-6 bulan karena semua kandungan
gizi ada pada ASI yang sangat berguna.Kurangnya pengetahuan ibu menyebabkan
pada akhirnya ibu memberikan susu formula yang berbahaya bagi kesehatan bayi.read more
Berdasarkan data
SUSENAS 2009, provinsi dengan cakupan pemberian ASI eksklusif 0-6 bulan terendah adalah Jawa Timur (48,8%),
Jawa Tengah (52,2%) dan Aceh (52,2%). Sedangkan cakupan tertinggi ada di
Provinsi Nusa Tenggara Barat (78.3%), Bengkulu (75,8%) dan Nusa Tenggara Timur
(75,2%). (Kemenkes. RI, 2010).
Berdasarkan
hasil survey
sosial ekonomi nasioanal (Susenas) Tahun 2009 di Indonesia sebesar 61,3 %
persentase meningkat di Tahun 2010 berdasarkan data terakhir cakupan pemberian
ASI Eksklusif (0-6 bulan) di Indonesia sebesar 61,5 % (Susenas, 2010).
Data dari PKL
Komunitas mahasiswa AKBid Darussalam Lhokseumawe yang dilaksanakan di Desa Me
Matang Panyang Kecamatan Tanah Pasir Kabupaten Aceh Utara tanggal 20 Mei 2013 –
08 Juni 2013 dari 15 bayi dengan inisiasi menyusui dini tidak ada satu pun bayi yang mencapai ASI eksklusif.
Dalam Rencana
Aksi Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat 2010-2014 telah ditetapkan target
indikator: (a) 100% balita gizi buruk mendapat perawatan; (b) 85% balita
ditimbang berat badannya; (c) 80% bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif; (d)
90% rumah tangga mengonsumsi garam beriodium; (e) 85% balita 6-59 bulan
mendapat kapsul vitamin
A; (f) 95% ibu hamil mendapat 90 tablet Fe; (g) 100% Kabupaten dan kota
melaksanakan surveilans; dan (h) 100% Penyediaan buffer stock MP-ASI untuk daerah bencana (Dinas
Kesehatan, 2012).
B.
Tujuan
1.
Tujuan Umum
Setelah
mengikuti PKL diharapkan mahasiswa mampu mengidentifikasi, merencanakan,
memprioritaskan, mengiplementasikan, mengevaluasi dan memonitoring managemen
pelayanan keperawatan komunitas dengan tekhnik penggerakan dan pemberdayaan
masyarakat serta pendekatan edukatif pada individu, keluarga, kelompok khusus
ataupun pada komunitas tertentu dalam rangka mewujudkan tercapainya Indonesia
sehat.
2. Tujuan
Khusus
Selama
praktek lapangan, mahasiswa mampu ;
a.
Melakukan pengenalan, orientasi dan sosialisasi
pada masyarakat (Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) atau pertemuan 1
b.
Melakukan pengkajian data dan mengidentifikasi
isu-isu permasalahan kesehatan dan keperawatan komunitas terkini melalui
survey,observasi dan interview.
c.
Melaksanakan Upaya penyuluhan Kesehatan khususnya
pentingnya ASI Eklusif bagi tumbuh kembang bayi pada masyarakat Desa me Matang
Panyang Kecamatan Tanah Pasir Kabupaten Aceh Utara.
C.
Manfaat
1. Bagi
Masyarakat
Mampu Meningkatkan
pengetahuan dan perilaku masyarakat di Desa Me Matang Panyang dalam bidang
peningkatan pemberian ASI Eklusif dan membantu masyarakat dalam mendapatkan
data status kesehatan serta data umum lainnya untuk kepentingan tingkat Desa
atau Dusun.
2. Bagi
Institusi Pendidikan
Mampu menjadikan
lulusannya menjadi pengalaman dan wawasan yang lebih komperhensif, holistik dan
adaptif terhadap situasi dan kondisi yang berbeda dari tempat
asalnya,meningkatkan reputasi institusi yang akan menjadi lebih diakui
eksitensinya dan “brand image”nya menjadi lebih baik, sebagai lembaga
pendidikan kesehatan yang peduli terhadap peningkatan mutu kesehatan
Masyarakat.
3.
Bagi Peserta
Memperoleh pengalaman nyata dalam
kehidupan bermasyarakat untuk mengatasi permasalahan kesehatannya sendiri
dikaitkan dengan pelayanan manajemen kebidanan komunitas.mampu mengenal budaya,
dan adat kebiasaan masyarakat Me Matang Panyang sehari-hari dan memperoleh
kenangan yang tak terlupakan dan menjadi media pendewasaan karakteristik dan
budi pekerti mahasiswa sebagai bekal bekerja.
BAB
II
TEORITIS
KASUS
A.
Pengertian
ASI
Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa tambahan cairan seperti susu formula,
jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti
pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim (Roesli, 2009).ASI
Eksklusif (menurut WHO) adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan
tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan sampai bayi
berusia 2 tahun (Kristiyansari, 2009). ASI Eksklusif adalah pemberian hanya ASI
saja tanpa makanan dan minuman lain. ASI Eksklusif dianjurkan sampai 6 bulan
pertama kehidupan (Depkes RI, 2005).
ASI
adalah cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara Ibu melalui proses
menyusui (Khasanah, 2011). ASI merupakan makanan yang disiapkan untuk bayi
mulai masa kehamilan payudara sudah mengalami perubahan untuk memproduksi ASI.
Makanan-makanan yang diramu menggunakan teknologi modern tidak bisa menandingi
keunggulan ASI karena ASI mempunyai nilai gizi yang tinggi dibandingkan dengan
makanan buatan manusia ataupun susu yang berasal dari hewan sapi, kerbau atau
kambing.
B.
Kandungan
ASI
Menurut
Suradi (2004) kandungan ASI terdiri dari :
1.
Lemak
Sumber
kalori utama dalam ASI adalah lemak. Sekitar 50% kalori ASI berasal dari lemak.
Kadar lemak dalam ASI antara 3,5-4,5%. Walaupun kadar lemak dalam ASI tinggi,
tetapi mudah diserap oleh bayi karena trigliserida dalam ASI lebih dulu dipecah
menjadi asam lemak dan gliserol oleh enzim lipase yang terdapat dalam ASI.
Kadar kolestrol ASI lebih tinggi dari pada susu sapi, sehingga bayi mendapat
ASI seharusnya mempunyai kadar kolestrol darah lebih tinggi.
Disamping
kolestrol, ASI mengandung asam lemak essensial yaitu asam linoleat (Omega 6)
dan asam linolenat (Omega 3). Kedua asam lemak tersebut adalah pembentuk asam
lemak tidak jenuh rantai panjang disebut docosahexaenoic acid (DHA) berasal
dari Omega 3 dan arachidonic acid (AA) berasal dari Omega 6 yang berfungsi
sangat penting untuk pertumbuhan otak anak. Kadar lemak ASI matur dapat berbeda
menurut lama menyusui.
Pada permulaan menyusu (5 menit pertama)
disebut foremilk kadar lemak ASI rendah (1-2 g/dl) dan lebih tinggi dapat
hindmilk (ASI yang dihasilkan pada akhir menyusu setelah 15-20 menit). Kadar
lemak hindmilk bisa mencapai 3 kali dibandingkan dengan foremilk.
2.
Karbohidrat
Karbohidrat
utama dalam ASI adalah laktosa, yang kadarnya paling tinggi dibanding susu
mamalia lain (7gr%). Laktosa mudah diurai menjadi glukosa dan galaktosa dengan
bantuan enzim laktase yang sudah ada dalam mukosa saluran pencernaan sejak
lahir. Laktosa mempunyai manfaat lain yaitu mempertinggi absorbsi kalsium dan
merangsang pertumbuhan Lactobasillus bifidus.
3.
Protein
Protein
dalam susu adalah kasein dan whey. Kadar protein ASI sebesar 0.9%, 60%
diantaranya adalah whey, yang lebih mudah dicerna dibanding kasein. Dalam ASI
terdapat dua macam asam amino yang tidak terdapat dalam susu sapi yaitu sistin
dan taurin. Sistin diperlukan untuk pertumbuhan somatic, sedangkan taurin untuk
pertumbuhan otak. Selain dari ASI, sebenarnya sistin dan taurin dapat diperoleh
dari penguraian tirosin, tetapi pada bayi baru lahir enzim pengurai tirosin ini
belum ada.
4.
Vitamin
ASI
cukup mengandung vitamin yang diperlukan bayi. Vitamin K yang berfungsi sebagai
katalisator pada proses pembekuan darah terdapat dalam ASI dengan jumlah yang
cukup dan mudah dicerna. Dalam ASI juga banyak vitamin E, terutama di
kolostrum. Dalam ASI juga terdapat vitamin D, tetapi bayi prematur atau yang
kurang mendapat sinar matahari dianjurkan pemberian suplementasi vitamin D.
5.
Zat besi
Bayi
aterm normal biasanya lahir dengan hemoglobin tinggi (16- 22 gr/dl), yang
berukuran cepat setelah lahir. Zat besi yang diperoleh dari pemecahan
hemoglobin digunakan kembali. Bayi tersebut juga memiliki persediaan zat besi
dalam jumlah banyak cukup untuk setidaknya 4-6 bulan.
Meskipun
jumlah zat besi yang terkandung dalam ASI lebih sedikit dari yang terkandung
dalam susu formula, bioavailabilitas zat besi dalam ASI jauh lebih tinggi. 70%
zat besi dalam ASI dapat diserap sedangkan hanya 10% jumlah zat besi dapat
diserap dalam susu formula. Perbedaan ini disebabkan rangkaian interaksi
kompleks yang terjadi di usus. Bayi yang diberikan susu sapi segar atau susu
formula dapat mengalami anemia karena perdarahan kecil di usus.
6.
Seng
Defisiensi
mineral kelumit ini dapat menyebabkan kegagalan bertumbuh dan lesi kulit
tipikal. Meskipun seng lebih banyak terdapat pada susu formula dibanding ASI,
bioavalabilirasnya lebih besar pada ASI. Bayi yang diberi ASI mampu
mempertahankan kadar seng dalam plasma tetap tinggi dibanding bayi yang diberi
susu formula, bahkan meskipun konsentrasi seng yang terdapat di dalamnya tiga
kali lebih banyak daripada ASI.
7.
Kalsium
Kalsium
lebih efisien diserap dari ASI dibanding susu pengganti ASI karena perbandingan
kalsium fosfor ASI lebih tinggi. Susu formula bayi yang berasal dari susu sapi
tidak terelakkan memiliki kandungan fosfor lebih tingi dari pada ASI dan
dilaporkan meningkatkan resiko tetanus pada neonatus.
8.
Mineral
ASI
memiliki kadar kalsium, fosfor, natrium, dan kalium yang lebih rendah daripada
susu formula. Tembaga, kobalt, dan selenium terdapat dalam kadar yang lebih
tinggi. Semakin tinggi bioavailabilitas mineral dan unsur kelumit ini,
dipastikan bahwa kebutuhan bayi terpenuhi dan pada saat yang bersamaan, juga
menimbulkan beban penyerapan yang lebih rendah pada ginjal neonatus dari pada
susu pengganti ASI (Prasetyo, 2009).
9.
Lactobasillus bifidus
Laktobasillus
bifidus berfungsi mengubah laktosa menjadi asam laktat dan asam asetat. Kedua
asam ini menjadikan saluran pencernaan bersifat asam sehingga menghambat
pertumbuhan Lactobasillus bifidus. Susu sapi tidak mengandung faktor ini
(Sunardi, 2008).
10.
Lactoferin
Lactoferin
adalah protein yang berikatan dengan besi. Dengan mengikat zat besi, maka
Lactoferin bermanfaat menghambat pertumbuhan kuman tertentu, yaitu
staphylococus, E.coli, dan Entamoeba hystolytica yang juga memerlukan zat besi
untuk pertumbuhannya bakteri tersebut, lactoferin dapat pula menghambat
pertumbuhan jamur Candida (Suradi, 2004).
11.
Lizozim
Lizozim
adalah enzim yang dapat memecah dinding bakteri (bakterisidal) dan anti
inflamasi, bekerja bersama peroksida dan askorbat untuk menyerang bakteri
E.coli dan sebagian keluarga salmonella. Keaktifan lizozim ASI beberapa kali
lebih tinggi dibanding susu sapi.
Keunikan
lizozim lainnya adalah bila faktor protektif lainnya adalah sesuai tahap lanjut
ASI, maka lizozim justru meningkat pada 6 bulan pertama setelah kelahiran. Hal
ini merupakan keuntungan karena setelah 6 bulan bayi mulai mendapatkan makanan
padat dan lizozim merupkan faktor protektif terhadap kemungkinan serangan
bakteri patogen dan penyakit diare pada periode ini (Suradi, 2004).
12.
Komponen C3 dan C4
Kedua
komponen ini, walaupun kadar dalam ASI rendah, mempunyai daya opsonik,
anafilatik dan kemotaktik yang bekerja bila diaktifkan oleh IgA dan IgE yang
juga terdapat dalam ASI (Suradi, 2004).
C.
Macam-Macam
ASI
1.
Kolostrum
Merupakan cairan yang pertama kali keluar, berwarna kekuning – kuningan. Banyak
mengandung protein, antibody (kekebalan tubuh)
2.
Air Susu Masa Peralihan Merupakan ASI
peralihan dari kolostrum menjadi ASI matur. Terjadi pada hari ke 4 – 10, berisi
karbohidrat dan lemak dan volume Asi meningkat.
3.
Air Susu Matur Merupakan cairan yang
berwarna putih kekuningan, mengandung semua nutrisi. Terjadi pada hari ke 10 –
seterusnya.
D.
Manfaat
ASI
1.
Bagi Bayi
a. Mengandung
komposisi yang tepat ASI
Berbagai
bahan makanan yang baik untuk bayi yaitu terdiri dari proporsi yang seimbang
dan cukup kuantitas semua zat gizi yang diperlukan untuk kehidupan 6 bulan pertama
(Kristiyansari, 2009).
b. ASI
meningkatkan kecerdasan bagi bayi
Lemak
pada ASI adalah lemak tak jenuh yang mengandung omega 3 untuk pematangan
sel-sel otak sehingga jaringan otak bayi yang mendapat ASI Eksklusif akan
tumbuh optimal dan terbebas dari rangsangan kejang hingga sel-sel saraf otak
(Kristiyansari, 2009).
c. Mengandung
zat protektif
Bayi
yang mendapat ASI lebih jarang menderita penyakit karena adanya zat protektif
dalam ASI (Sunardi, 2008).
d. Faktor
antistreptococus
Dalam
ASI terdapat faktor antistreptococus yang melindungi bayi terhadap infeksi kuman
streptococus (Suradi, 2004).
e. Antibodi
Secara
elektroforetik, kromatografik dan radio immunoassay terbukti bahwa ASI terutama
kolostrum mengandung imunoglobin yaitu IgA sekretorik (SigA), IgE, IgM, dan
IgG. Dari semua imunoglobulin tersebut yang terbanyak adalah SigA.
Antibodi dalam ASI dapat bertahan dalam
saluran pencernaan bayi karena tahan terhadap asam dan enzim proteolitik
saluran pencernaan dan membuat lapisan pada mukosanya sehingga mencegah bakteri
patogen dan enterovirus masuk kedalam mukosa usus.
Dalam
tinja bayi yang mendapat ASI terdapat bakteri E.coli dalam konsentrasi yang
tinggi sehingga jumlah bakteri E.coli dalam tinja bayi tersebut juga rendah.
Di
dalam ASI selain antibodi terdapat E.coli juga pernah dibuktikan adanya antibodi
terhadap Salmonella typhi, Shigella, dan antibodi terhadap virus seperti
rotavirus, polio dan campak. Antibodi terdapat rotavirus tinggi dalam kolostrum
yang kemudian turun pada minggu pertama dan bertahan sampai umur 2 tahun. Dalam
ASI juga didapatkan antigen terhadap Helicobacter jejuni penyabab diare.
Kadarnya dalam kolostum tinggi dan menurun pada usia 1 bulan dan kemudian
menetap selama menyusui (Sunardi, 2008).
f. Imunitas
seluler
ASI
yang mengandung sel-sel. Sebagian besar (90%) sel tersebut berupa makrofag yang
berfungsi membunuh dan memfagositosis mikroorganisme, membentuk C3 dan C4,
lizozim dan lactoferin. Sisanya (10%) terdiri dari limfosit B dan T. Angka
leukosit pada kolostrum kira-kira 5000/ml setara dengan angka leukosit darah tepi
tetapi komposisinya berbeda dengan darah tepi, karena hampir semuanya berupa
polimorfonuklear dan mononuklear.
Dengan
meningkatnya volume ASI angka leukosit menurun menjadi 2000/ml. Walaupun
demikian kapasitas anti bakterinya sama sepanjang stadium laktasi. Konsentrasi
faktor-faktor anti infeksi tinggi dalam kolostrum. Kadar SisA, lactoferin,
lizozim dan sel seperti makrofag, neutrofil dan limfosit lebih tinggi pada ASI
prematur dibanding ASI matur. Perbedaan status gizi pada ibu tidak mempengaruhi
konsentrasi faktor anti infeksi dalam ASI (Suradi, 2004).
g. Tidak
menimbulkan alergi
Pada
bayi baru lahir sistem IgE belum sempurna. Pemberian susu formula akan
merangsang aktivitas sistem ini dan dapat menimbulkan alergi. ASI tidak
menimbulkan efek ini. Pemberian protein asing yang ditunda sampai umur 6 bulan
akan mengurangi kemungkinan alergi (Suradi, 2004).
h. Mempunyai
efek psikologis yang menguntungkan
Waktu
menyusui kulit bayi akan menempel pada kulit ibu. Kontak kulit yang dini ini
akan sangat besar pengaruhnya pada perkembangan bayi kelak. Walaupun seorang
ibu dapat memberikan kasih sayang yang besar dengan memberikan susu formula
tetapi menyusui sendiri akan memberikan efek psikologis yang besar. Dengan foto
infra merah, payudara ibu menyusui lebih hangat dibanding payudara ibu yang
tidak menyusui (Kristiyansari, 2009).
Interaksi
yang timbul waktu menyusui antara ibu dan bayi akan menimbulkan rasa aman bagi
bayi. Perasaan aman ini penting untuk menimbulkan dasar kepercayaan pada bayi
(basic sense of trust) yaitu dengan mulai dapat mempercayai orang lain (ibu)
maka akan timbul rasa percaya pada diri sendiri (Suradi, 2004).
i.
Mengurangi kejadian karies dentis dan
maloklusi
Insiden
karies dentis pada bayi yang mendapatkan susu formula jauh lebih tinggi
dibanding yang mendapat ASI karena kebiasaan menyusui dengan botol dan dot
terutama pada waktu akan tidur menyebabkan gigi lebih lama kontak dengan sisa
susu formula dan menyebabkan asam yang terbentuk akan merusak gigi. Kecuali itu
ada anggapan bahwa kadar selenium yang tinggi dalam ASI akan mencegah karies
dentis. Telah dibuktikan bahwa salah satu penyebab maloklusi rahang adalah
lidah yang mendorong ke depan akibat menyusu dengan botol dan dot (Sunardi,
2008).
j.
Menyebabkan pertumbuhan yang baik
Bayi
yang mendapatkan ASI mempunyai kenaikan berat badan yang baik setelah lahir,
pertumbuhan setelah periode perinatal baik dan mengurangi kemungkinan obesitas.
Ibu-ibu yang diberi penyuluhan tentang ASI dan laktasi, turunnya berat badan
bayi (pada minggu pertama kelahiran) tidak sebanyak ibu-ibu yang tidak diberi
penyuluhan.
Alasannya
ialah bahwa kelompok ibu-ibu tersebut segera memberikan ASInya setelah
melahirkan. Frekuensi menyusui yang sering (tidak dibatasi) juga dibuktikan
bermanfaat karena volume ASI yang dihasilkan lebih banyak sehingga penurunan
berat badan bayi hanya sedikit (Suradi, 2004).
2.
Bagi Ibu
a. Aspek
kesehatan ibu
Isapan
bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar
hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah terjadinya
perdarahan pasca persalinan. Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan pasca
persalinan mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi. Kejadian karsinoma
mammae pada ibu menyusui lebih rendah dibanding yang tidak menyusui
(Kristiyansari, 2009).
b. Aspek
keluarga berencana
Menyusui
secara murni Eksklusif dapat menjarangkan kehamilan. Ditemukan rata-rata ibu
yang menyusui adalah 24 bulan sedangkan yang tidak menyusui 11 bulan. Hormon
yang mempertahankan laktasi bekerja untuk menekan hormon ovulasi sehingga dapat
menunda kembalinya kesuburan. Ibu yang sering hamil kecuali menjadi beban
sendiri juga merupakan risiko tersendiri bagi ibu untuk mendapatkan penyakit
seperti anemia, risiko kesakitan dan kematian akibat persalinan (Suryoprajogo,
2009).
c. Aspek
psikologis
Keuntungan
menyusui bukan hanya bermanfaat bagi bayi tetapi juga untuk ibu. Ibu akan
merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia (Suradi,
2004).
3.
Bagi Keluarga
a. Aspek
ekonomi
ASI
tidak perlu dibeli sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk membeli susu
formula dapat digunakan untuk keperluan lain. Kecuali itu, penghematan juga
disebabkan karena bayi yang mendapatkan ASI lebih jarang sakit sehingga
mengurangi biaya berobat (Sunardi, 2008).
b. Aspek
psikologis
Kebahagiaan
keluarga bertambah karena kelahiran lebih jarang sehingga suasana kejiwaan ibu
baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga (Suradi, 2004).
c. Aspek
kemudahan
Menyusui
sangat praktis karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja. Keluarga
tidak repot untuk menyiapkan air masak, botol dan dot yang harus selalu
dibersihkan, orang tidak perlu minta pertolongan orang lain (Arif, 2009).
4.
Bagi Negara
a. Menurunkan
angka kesakitan dan kematian bayi
Adanya
faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi baik
serta kesakitan dan kematian anak menurun. Beberapa penelitian epidemiologis
menyatakan bahwa ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi, misalnya
diare, otitis media dan infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah
(Kristiyansari, 2009).
b. Mengurangi
subsidi kesehatan
Subsidi
untuk rumah sakit berkurang karena rawat gabung akan memperpendek lama rawat
ibu dan bayi, mengurangi komplikasi persalinan dan infeksi nosokomial, serta
mengurangi biaya yang diperlukan untuk perawatan sakit. Anak yang diberi ASI
lebih jarang dirawat di rumah sakit dibanding anak yang mendapat susu formula
(Suradi, 2004).
c. Menghemat devisa untuk membeli susu
formula
ASI
dapat dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu menyusui Eksklusif
selama 6 bulan berapa banyak devisa yang dapat dihemat oleh negara yang
sebelumnya dipakai untuk membeli susu formula (Sunar, 2009).
d. Meningkatkan
kualitas sumber daya manusia
Anak
yang mendapat ASI dapat bertumbuh dan berkembang secara optimal sehingga
kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin.
e. Mengurangi
polusi
Untuk
pembuatan dan distribusi susu formula diperlukan bahan bakar minyak. Selain itu
juga kaleng serta karton kemasan susu juga menyebabkan pencemaran lingkungan
(Sunar, 2009).
f. Alasan
Pemberian ASI Eksklusif
ASI
diberikan kepada bayi karena mengandung banyak manfaat dan kelebihan antara
lain menurunkan resiko penyakit infeksi misalnya : diare, infeksi saluran nafas
dan infeksi telinga. Di samping itu ASI juga bisa mencegah penyakit non infeksi
misalnya alergi, obesitas, kurang gizi, asma dan eksem. ASI dapat pula
meningkatkan kecerdasan anak.
E. DAMPAK BAYI YANG TIDAK DIBERI ASI
1. Daya
tahan tidak optimal
2. Kuman
mudah masuk sehingga peluang sakit lebih besar.
3. Perkembangan
otak kurang
4. Perkembangan gigi dan rahang kuran
5. Dampak
psikologis kedekatan dengan ibu kurang
6. Sering
timbul alergi dan ruam
7. Berpeluang
obesitas
F.
Praktek
Pemberian ASI Eksklusif
1.
Langkah-langkah menyusui Yang Benar
(Suradi, 2004)
a. Sebelum
menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan
areola sekitarnya.
b. Bayi
diletakkan menghadap perut atau payudara.
1) Ibu
duduk atau berbaring santai. Bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang
rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan
punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.
2) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi
terletak pada lengkung siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan. Kepala
bayi tidak boleh tertengadah dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu.
3) Satu
tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan yang satu didepan.
4) Perut
bayi menempel badan ibu, kepala bayi
menghadap payudara.
5) Telinga
dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
6) Ibu
menatap bayi dengan kasih sayang.
c. Payudara
dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang dibawah. Jangan
menekan putting susu atau areolanya saja.
d. Bayi
diberi rangsangan untuk membuka mulut dengan cara :
1) Menyentuh
pipi dengan putting susu.
2) Menyentuh
sisi mulut bayi.
e. Setelah
bayi membuka mulut dan mulai mengisap, payudara tak perlu dipegang atau
disangga lagi.
f. Melepaskan
hisapan bayi
Setelah selesai menyusukan bayi
selama 10 menit, lepaskanlah isapan bayi dengan cara :
1) Masukkan
jari kelingking ibu yang bersih ke sudut mulut bayi atau
2) Dengan
menekan dagu bayi kebawah
3) Dengan
menutup lubang hidung bayi
4) Jangan
menarik putting susu untuk melepaskannya
g. Menyendawakan
bayi
Setelah hisapan bayi dilepaskan .
sendawakan bayi sebelum menyusukan dengan payudara yang lain, dengan cara :
1) Sandarkan
bayi dipundak ibu tepuklah punggungnya dengan pelan sampai keluar sendawa
2) Bayi
ditelungkupkan dipangkuan ibu, sambil digosok punggungnya.
2.
Tanda-tanda menyusui yang benar
a. Bayi
cukup tenang
b. Mulut
bayi terbuka lebar
c. Bayi
menempel betul pada ibu
d. Mulut
dan dagu bayi menempel betul pada payudara ibu
e. Seluruh
areola tertutup mulut bayi
f. Bayi
nampak pelan-pelan menghisap dengan kuat
g. Putting
susu ibu tidak terasa nyeri
h. Kuping
dengan lengan bayi berada pada satu garis
i.
Posisi ibu menyusui duduk, berbaring,
berdiri dan digendong
3.
Lama dan Frekuensi Menyusui
Menurut
Khasanah (2011) sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan
menyusui bayi dilakukan di setiap saat bayi membutuhkan karena bayi akan
menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis
bukan karena sebab lain (kencing, kepanasan atau kedinginan atau sekedar ingin
didekap) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya.
Bayi
yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam
lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki
pola yang teratur dalam menyusui dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1
sampai 2 minggu kemudian. Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik
karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya.
Dengan
menyusui tanpa jadwal, sesuai kebutuhan bayi akan mencegah timbulnya masalah
menyusui. Bila sering disusukan pada malam hari akan memicu produksi ASI. Untuk
menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara maka sebaiknya setiap kali
menyusui harus dengan kedua payudara. Pesankan kepada ibu agar berusaha menyusui
sampai payudara terasa kosong agar produksi ASI menjadi lebih baik. Setiap kali
menyusui dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan. Selama masa menyusui
sebaiknya ibu menggunakan kutang (BH) yang dapat menyangga payudara tetapi
tidak terlalu ketat.
4.
Pengeluaran ASI
Menurut
Suryoprajogo (2009) apabila ASI berlebihan sampai keluar memancar maka sebelum
menyusui sebaiknya ASI dikeluarkan terlebih dahulu untuk menghindari bayi
tersedak atau enggan menyusu. Pengeluaran ASI juga berguna pada ibu bekerja
yang akan meninggalkan ASI bagi bayinya dirumah yang mempunyai masalah
menghisap (misal BBLR), menghilangkan bendungan atau memacu produksi ASI saat
ibu sakit dan tidak dapat langsung menyusui bayinya.
G.
Masalah
dalam Menyusui
1.
Asi Kurang
Seringkali
ibu merasa produksi ASInya kurang padahal sebenarnya tidak, apalagi bila
bayinya seing menangis, ibu tergesa-gesa ingin memberikan tambahan susu
formula.
Penanggulangannya
:
a. Ibu
harus mengkonsumsi makanan yang bergizi
b. Menyusuilah
dengan sabar
c. Menyusui
secara bergantian antara kedua payudara
d. Minimalkan
penggunaan alat (misal : dot) karena akan membingungkan bayi dan akhirnya
mengurangi rangsangan untuk memproduksi ASI
2.
Bayi Bingung Putting
Bayi
yang mendapatkan susu formula bergantian dengan ASI akan mengalami nipple
confusion sehingga waktu menyusu ibunya sering terputus-putus bahkan
kadang-kadang menolak menyusu ibunya.
Penanggulangan
:
a. Ibu
harus mengusahakan pemberian ASI eksklusif
b. Menyusui
dengan cara yang benar
c. Menyusui
lebih lama dan sering
3.
Payudara Bengkak
Pada
hari-hari pertama, seringkali menyusui kurang efektif sehingga ASI mengumpul di
dalam payudara, menekan pembuluh darah dan saluran limfe. Hal ini mengakibatkan
payudara menjadi bengkak dan nyeri.
Untuk
menghindari hal tersebut lakukanlah :
a. Susui
bayi segera setelah bayi lahir
b. Susui
menurut kehendak bayi, jangan dijadwalkan
c. Susui
bayi dengan menggunakan tehnik menyususi yang benar
d. Keluarkan
sisa ASI dengan tangan atau pompa
Penanggulangan :
a. Bayi
disusukan untuk menghindari pembengkakan
b. Berikan
kompres dingin untuk menguragi nyeri
c. Lakukan
pengurutan atau massage payudara
4.
Putting Susu Nyeri Atau Lecet
Rasa
nyeri timbul karena waktu menyusui hanya putting susu yang masuk ke dalam mulut
bayi sedangkan areola tidak masuk mulut. Disamping itu juga disebabkan karena
perawatan yang tidak benar pada payudara.
Penanggulangan
:
a. Lakukan
tehnik menyususi yang benar
b. Menyususi
pada payudara yang tidak lecet
c. Jangan
membersihkan putting dengan sabun atau alcohol
5.
Mastitis
Mastitis
adalah peradangan payudara akibat infeksi. Biasanya terjadi pada minggu-minggu
pertama setelah melahirkan yang tersumbat atau luka pada putting yang
terinfeksi.
Penanggulangan
:
a. Kompres
air hangat
b. Ibu
tetap menyusui bayinya pada payudara yang tidak terinfeksi
c. Cukup
istirahat
d. Minum
air putih minimal 2 liter/hari
e. Minum
anti biotic
f. Lakukan
perawatan payudara
BAB III
HASIL PENELITIAN
A.
Gambaran
Umum Wilayah
I.
DATA
UMUM
A.
Geografi
1. Peta
Wilayah Binaan
2. Batas
- batas wilayah
Utara : Gampong Matang Puntong
Selatan :
Gampong Aron
Timur :
Gampong Blang
Barat :
Gampong Alue
3. Luas
Wilayah : 855.000 ha
4. Pembagian
Administrasi Daerah
a. Jumlah
desa : 1 c. Jumlah Dusun
: 2
b.
Jumlah Dusun : 2 d. Jumlah Lorong : 5
B.
Demografi
1. Jumlah
Penduduk : 591 Jiwa
a. Laki
– laki : 350 Jiwa (76%)
b. Perempuan : 241
Jiwa (24%)
2. Jumlah
KK : 162 KK
a. KK
laki-laki : 114 KK
b. KK
perempuan: 48 KK
3. Sex
ratio (L x 100%)
P
4. Komposisi
penduduk golongan umur dan jenis kelamin
Umur (Tahun)
|
Laki-Laki
(Jiwa)
|
(%)
|
Perempuan
(jiwa)
|
(%)
|
Jumlah
|
%
|
0 – 5
|
35
|
7
|
23
|
3
|
58
|
10
|
6- 9
|
13
|
2
|
9
|
2
|
22
|
4
|
10 – 14
|
20
|
3
|
12
|
2
|
32
|
5
|
15 – 19
|
25
|
4
|
18
|
3
|
43
|
7
|
20 -24
|
45
|
9
|
22
|
2
|
67
|
11
|
25 -29
|
40
|
8
|
27
|
3
|
67
|
11
|
30 – 34
|
28
|
5
|
20
|
3
|
48
|
8
|
35 – 39
|
27
|
5
|
13
|
2
|
40
|
7
|
40 – 44
|
20
|
3
|
25
|
5
|
45
|
8
|
45 -49
|
22
|
3
|
5
|
2
|
27
|
5
|
50 – 54
|
24
|
4
|
17
|
3
|
41
|
7
|
55 – 59
|
15
|
2
|
12
|
3
|
27
|
5
|
60 – 64
|
16
|
2
|
23
|
4
|
39
|
6
|
65 keatas
|
20
|
3
|
15
|
3
|
35
|
6
|
Jumlah
|
350
|
59
|
241
|
41
|
591
|
100
|
C.
Data
Sosial Ekonomi
1.
Data Ekonomi
Jumlah rata – rata penghasilan keluarga perbulan
a. Mata
Pencarian Kepala Keluarga
No.
|
Mata
pencarian
|
Jumlah
|
Presentasi
|
1
|
Pegawai Negeri
|
4
|
2
|
2
|
Pegawai swasta
|
7
|
4
|
3
|
ABRI
|
0
|
0
|
4
|
Pensiumam
|
2
|
1
|
5
|
Pengusaha
|
0
|
0
|
6
|
Petani
|
127
|
78
|
7
|
Pedagang
|
10
|
7
|
8
|
Pengrajin
|
2
|
1
|
0
|
Buruh
|
0
|
0
|
10
|
Lain – lain
|
10
|
7
|
Jumlah
|
162
|
100
|
b. Fasilits
perekonomian penduduk ( industry dan perdagangan)
1. Jumlah
Pasar : 1
2. Jumlah
toko/warung : 5
3. Jumlah
koperasi : 0
4. Jumlah
Bank : 1
5. Jumlah
perusahaan makanan : 0
6. Jumlah
industri kerajinan : 2
7. Lain
– lain :
c. Sarana
trnsportasi penduduk : motor,mobil
dan angkutan umum
d. Saranan
komunikasi dan informasi
1. Media
cetak : koran
2. Media
elektronika : televisi
3. Telepon/wartel : tidak ada
2. DATA
PENDIDIKAN
a. Fasilitas
pendidikan yang ada
1. TK : ada
2. SD : ada
3. SMP : ada
4. SMA : ada
5. PERGURUAN
TINGGI/AKAD : Tidak ada
6. PONDOK : ada
b. Pendidikan
kepala keluarga
No.
|
Pendidikan
KK
|
Jumlah
|
Presentasi
|
1
|
Tidak sekolah/tidak
tamat SD
|
61
|
37
|
2
|
Tamat SD
|
80
|
49
|
3
|
Tamat SLTP
|
15
|
9
|
4
|
Tamat SLTA
|
5
|
3
|
5
|
Tamat Perguruan
Tinggi/AKAD
|
4
|
2
|
6
|
Tamat Pasca sarjana
|
0
|
0
|
Jumlah
|
162
|
100
|
c. Tingkat
pendidikan penduduk
No.
|
Pendidikan
KK
|
Jumlah
|
Presentasi
|
1
|
Tidak sekolah/tidak
tamat SD
|
23
|
7
|
2
|
Tamat SD
|
95
|
32
|
3
|
Tamat SLTP
|
53
|
18
|
4
|
Tamat SLTA
|
110
|
38
|
5
|
Tamat Perguruan
Tinggi/AKAD
|
7
|
2
|
6
|
Tamat Pasca sarjana
|
0
|
0
|
Jumlah
|
288
|
100
|
3. DATA
SOSIAL BUDAYA
a. Sarana
peribadatan
1. Jumlah
Mesjid : Tidak Ada
2. Jumlah
mushalla : 1
b. Sarana olahraga
1. Lapangan
sepak bola : tidak ada
2. Lapangan
volley : tidak ada
3. Lapangan
bulu tangkis : tidak ada
4. Lapangan
tenis meja : tidak ada
5. Lain
– lain (sebutkan) : tidak ada
c. Tempat
pertemuan / rapat warga : Menasah
4.
ORGANISASI SOSIAL DAN TOKOH MASYARAKAT
a.
Organisasi Sosial masyarakat
1. PKK : ada/tidak 6. PMR : ada/tidak
2. Karang
taruna : ada/tidak 7. Kel.Belajar : ada/tidak
3. Dasa
wisma : ada/tidak 8. Kel.Pengajian: ada/tidak
4. LKMD : ada/tidak 9. Lain – lain :
5. Pramuka : ada/tidak
b.
Tokoh Masyarakat
1. Kepala
Dusun : ada 5.
Ketua kel.pengajian: ada
2. Kepala
lorong :ada 6. Ketua kel.belajar: ada
3. Ketua
dasa wisma :tidak ada 8. Lain – lain
4. Ketua
karang taruna:tidak aada
c. Peran
serta masyarakat
II. DATA KESEHATAN MASYARAKAT
A.
Data
Kesehatan Lingkungan
1. Perumahan
a. Jumlah
rumah
Ø Permanen : 45
Ø Semi
permanen : 65
Ø Darurat : 37
b. Keadaan
ventilasi
Ø Baik : 111
Ø Kurang : 24
Ø Cukup : 12
2. Sarana
Air bersih
a. Sumur
gali (SGL)
1. Swadaya : 55
2. Bantuan
pemerintah : tidak ada
b. Sumur
pompa tangan (SPT) dangkal/dalam
1. Swadaya : tidak ada
2. Bantuan
pemerintah : tidak ada
c. Penampungan
air hujan(PAH)
1. Swaday : tidak ada
2. Bantuan
pemerintah : tidak ada
d. Perpipaan
(PP) /PDAM/PAM
3.
Sarana jamban keluarga (JAGA)
Bentuk
|
Baik
|
%
|
Sedang
|
%
|
Kurang
|
%
|
Jumlah
|
%
|
Leher
angsa
|
3
|
60
|
3
|
23
|
||||
Cemplung
|
2
|
40
|
5
|
63
|
7
|
54
|
||
Umum
|
3
|
37
|
3
|
23
|
||||
Dll
|
||||||||
Jumlah
|
5
|
100
|
100
|
13
|
100
|
4.
Sarana pembuangan sampah
Bentuk
|
Baik
|
%
|
Sedang
|
%
|
Kurang
|
%
|
Jumlah
|
%
|
Bakar
|
||||||||
Tanam
|
||||||||
Timbun
|
||||||||
Dll
|
||||||||
Jumlah
|
B. Status
Gizi Masyarakat
1. Balita
a. Status
gizi balita
Ø Gizi
baik : 58(100%)
Ø Gizi
kurang (BGM) : Tidak Ada
Ø Gizi
Buruk (BGM) : Tidak Ada
2. Ibu
hamil
a. Jumlah
Bumil : 6(100%)
b. Jumlah
bumil yang anemia : 2(33%)
3. Penduduk
a. Jumlah
penderita gondok : tidak ada
b. Jumlah
kurang gizi : tidak ada
C. Cakupan
IMunisasi
1. BCG : 75%
2. DPT
I,II,III : 75%
3. Hepatitis
B : 85%
4. Polio : 56%
5. TT
Catin : 85%
6. TT
Bumil : 85%
D. Akseptor
KB
1. Jumlah
PUS (15-39) : 94 orang
2. Jumlah
Akseptor : 79 orang
Jenis
|
Jumlah
|
Presentasi
|
OP
|
45
|
56
|
Co ( condom)
|
||
Suntik
|
24
|
44
|
IUD
|
||
MOW
|
||
MOP
|
||
Implant
|
||
Lain – lain
|
||
Jumlah
|
79
|
100
|
3. Jenis
penyakit dan upaya penanggulangannya
Jenis Penyakit
|
Jumlah
|
%
|
Upaya
Penanggulangannya
|
ISPA
|
|||
DIARE
|
3
|
11
|
Berobat
Ke Rs
|
TBC
|
5
|
20
|
Berobat
Ke Rs
|
TYPUS
|
Berobat
Ke Rs
|
||
REMATIK
|
3
|
11
|
Berobat
Ke Rs
|
HIPERTENSI
|
8
|
30
|
Berobat
Ke Rs
|
DM
|
7
|
28
|
Berobat
Ke Rs
|
Gangguan Jiwa
|
E.
Fasilitas
pelayanan kesehatan
1. Jumlah
RS/tempat tidur : Tidak Ada
2. Jumlah
Puskesmas Pustu : 1
3. Jumlah
Pos kesehatan : Tidak Ada
4. Jumla
posyandu POD : Tidak Ada
5. Jumla
polindes : Tidak Ada
6. Jumla
dokte pratek swasta : Tidak Ada
7. Jumlah
bidan praktek swasta : 1
8. Jumlah
pengobatan tradisional : Tidak Ada
9. Jumla
apotek : 3
10. Pemanfaatan
pelayanan kesehatan oleh masyarakat
a. Baik : 95%
b. Sedang :
c. Kurang :
F.
Petugas
Kesehatan Kader
a. Jumlah
dokte umum/spesialis dokter gigi:
b. Jumlah
perawat/bidan :
c. Jumlah
PLKB desa :
d. Jumlah
Kader : 5Orang
Kader gizi :
Kader kesehatan desa :
Kader kesehatan lingkungan :
Lain – lain (sebutkan)
G.
Kegiatan
upaya Kesehatan ( triwulan terakhir)
a. Posyandu : tanggal 12
b. Pertemuan
Kader :
c. Pelatihan
Kader :
d. Penyuluhan
Kesehatan :
e. Penyuluhan
KB :
f. Lain
– lain ( sebutkan)
H.
Prilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Penduduk
No.
|
Prilaku
|
Jumlah
|
%
|
1.
|
Bayi
dilahirkan oleh petugas rumah sakit atau ibu hamil memeriksakan pada petugas
kesehatan(untuk bumil) atau ibu ikut KB (untuk ibu PUS)
|
21
|
|
2.
|
Bayi sudah di
imunisasi atau balita di timbang
|
35
|
57%
|
3.
|
Buang Air Besar
di jamban
|
162
|
100%
|
4.
|
Menggunakan
sumber air bersih
|
147
|
85%
|
5.
|
Tidak ada
sampah yang berserakan
|
0
|
0%
|
6.
|
Menjadi
anggota dana sehat
|
0
|
|
A.
|
Untuk
kesehatan ibu dan anak
1.
Ibu hamil memeriksakan
kehamilannya minimal 4 kali ke sarana kesehatan
2.
Ibu yang akan bersalin melakukan
persalinan di sarana kesehatan
3.
Ibu yang mempunyai bayi member
ASI eklusif minimal 6 bulan
4.
Ibu yang membawa balitanya untuk
ditimbang setiap bulan.
|
6
15
0
58
|
100%
100%
100%
|
B.
|
Untuk
meningkatkan pertumbuhan
5.
Makan makanan yang bervariasi
dengan gizi seimbang
6.
Makan garam beryodium
7.
Ibu hamil menambah makanan yang
mengandung zat besi
8.
Mengamankan makanan dari
pencemaran
|
15
5
6
123
|
3%
2%
75%
|
C.
|
9.
menggunakan WC/jamban bila buang
air besar
10.
menggunakan air bersih terutama
untuk keperluan minum dan makanan
11.
membuang sampah di tempat sampah
dan melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
12.
cuci ntangan dengan sabun setelah
buang air besar dan sebelum makan makanan
|
162
123
134
0
|
100%
55%
65%
|
D.
|
13.
Ibu hamil dan anak balita
mengikuti imunisasi lengkap
14.
Memanfaatkan sarana kesehatan
bila memerlukan pelayanan kesehatan
15.
Menjadi peserta dana sehat atau
JPKM (jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat)
16.
Melakukan pemeliharaan kesehatan
mandiri antara lain dengan menyediakan kotak obat
|
58
162
162
57
|
100%
100%
100%
35%
|
B.
Hasil
Pendataan
Distribusi Jumlah PUS dan WUS
Jumlah WUS
|
Jumlah PUS
|
164
|
94
|
Distribusi
Jumlah Balita
Jumlah Balita
|
Jumlah Bayi
|
58
|
15
|
Distribusi PUS yang menjadi akseptor KB
Jumlah
PUS
|
Persentasi
|
|
Ya
|
79
|
84%
|
Tidak
|
15
|
16%
|
Distribusi ibu hamil yang melakukan ANC
Jumlah bumil
|
Persentasi
|
|
Ya
|
6
|
100%
|
Tidak
|
0
|
100%
|
Distribusi balita yang dapat imunisasi
Jumlah Balita
|
Persentasi
|
|
Lengkap
|
31
|
53%
|
Tidak Lengkap
|
27
|
47%
|
Distribusi Bayi yang sudah mendapatkan
ASI Eklusif
Jumlah Balita
|
Persentasi
|
|
Ya
|
0
|
%
|
Tidak
|
0
|
%
|
Grafik Perbandingan Status Kesehatan
C.
Grafik
Keseluruhan
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kegiatan PKL yang dilakukan oleh mahasiswa
AKBid Darussalam Lhokseumawe yang dilaksanakan mulai tanggal 20 Mei s/d 08 Juni 2013 di Desa Me Mtang Panyang Kecamatan Tanah Pasir
Kabupaten Aceh Utara.
Setelah dilakukan pendataan pada minggu
pertama, akhirnya berhasil mendapatkan data keluarga dan data kesehatan dari
Desa namun belum menggambarkan semuanya karena system pendataan berdasarkan
jumlah penduduk pada saat itu dan warga desa bersifat statis tidak terlalu
banyak perubahan.
Berdasarkan tabulasi data yang dilakukan
setelah pendataan maka ditemukan masalah Desa Me Mtang Panyang Kecamatan Tanah
Pasir Kabupaten Aceh Utara,diantarany
Ø Sedikitnya Ibu yang
memberikan ASI ekslusif;
Ø Masih rendahnya
pengelolaan sampah;
Ø Belum terbentuknya
keorganisasian dana sehat
Dalam menjalankan Kegiatan PKL yang
direncanakan bersama-sama dengan masyarakat dapat terlaksana sepenuhnya. Ini
dilihat dari kemampuan mahasiswa dan faktor pendukung
pelaksanaan kegiatan PKL, walaupun demikian dapat kami katakan kegiatan yang
telah kami rencanakan berhasil kami laksanakan.
B. Saran
1.
Masyarakat
Pemerintah desa ikut
memantau perkembangan masalah dan membuat program jangka panjang untuk
menyelasaikan masalah tersebut agar tidak semakin bertambah luas. Sehingga
masyarakat desa yang sesuai dengan harapan pun akan segera terwujud. Oleh
karena itu, pemerintah Desa pun harus ikutan didalam proses pemecahan
masalahnya.
2.
Pendidikan
Diharapkan dalam
pembekalan PKL hendaknya diberikan lebih intensif untuk memantapkan pengetahuan
dan persiapan dalam pelaksanaan PKL sehingga dapat memaksimalkan pengolahan
data dan mengefektifkan waktu untuk menyelesaikan permasalah yang ada di setiap
dusun.
3. Bagi Peserta
Menambah Pengetahuan dan pengalaman dalam rangka
pengembangan dan penerapan teori penelitian sekaligus sebagai acuan dasar penelitian
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Roesli,
Utami. 2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus
ASI Eksklusif. Pustaka Bunda, Jakarta.
Rosita,
Syarifah. 2008. ASI untuk Kecerdasan Bayi. Ayyana, Yogyakarta.
Suhardjo.
1992. Pemberian Makanan pada Bayi dan Anak. Kanisius, Yogyakarta.
No comments:
Post a Comment