BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kehamilan, persalinan dan nifas merupakan proses
normal dan alamiah yang dialami oleh seorang wanita, akan tetapi apabila tidak
dipantau secara baik dapat terjadi hal-hal yang membahayakan yang dapat
menimbulkan komplikasi sehingga dapat mengancam keselamatan jiwa. Oleh karena
itu pendekatan yang dianjurkan adalah menganggap semua kehamilan itu beresiko
pada setiap ibu hamil agar mempunyai akses ke semua pertolongan persalinan yang
aman dan pelayanan obstetrik (Pusdiknakes, 2008).
Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu
indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Pada tahun
2007 AKI di Indonesia masih tergolong tinggi di Association of Southeast Asian
Nations (ASEAN) jika dibanding dengan AKI di negara tetangga seperti Filipina
94 per 100.000 per kelahiran hidup, Vietnam yaitu 56 per 100.000 kelahiran
hidup, Thailand yaitu 48 per 100.000 kelahiran hidup, Malaysia yaitu 31 per
100.000 kelahiran hidup, Brunai yaitu 21 per 100.000 kelahiran hidup, dan
Singapura 9 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2011).
Data WHO menunjukkan sebanyak 99 persen kematian ibu
akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang.
Rasio kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan yang tertinggi dengan
450 kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan
rasio kematian ibu di sembilan negara maju dan 51 negara persemakmuran (WHO,
2010).
Rentensio plasenta dapat menyebabkan perdarahan, perdarahan
merupakan penyebab kematian nomor satu (40%-60%) kematian ibu melahirkan di
Indonesia. Berdasarkan data kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan pasca
persalinan di Indonesia adalah sebesar 43%. Menurut WHO dilaporkan bahwa 15-20%
kematian ibu karena retensio plasenta
dan insidennya adalah 0,8-1,2% untuk setiap kelahiran. Dibandingkan dengan
resiko-resiko lain dari ibu bersalin, perdarahan post partum dimana retensio
plasenta salah satu penyebabnya dapat mengancam jiwa dimana ibu dengan
perdarahan yang hebat akan cepat meninggal jika tidak mendapat perawatan medis
yang tepat (PATH, 2002).
Insidens
hemoragi postpartum akibat retensio plasenta dilaporkan berkisar
16%-17% di Aceh, selama 3 tahun
(2010-2012) didapatkan 146 kasus rujukan hemoragi
postpartum akibat retensio plasenta.
Dari sejumlah kasus tersebut, terdapat satu kasus (0,68%) berakhir dengan
kematian ibu. Menurunkan kejadian hemoragi
postpartum akibat retensio plasenta
tidak hanya mengurangi risiko kematian ibu, namun juga menghindarkannya dari
resiko kesakitan yang berhubungan dengan hemoragi
postpartum, seperti reaksi transfusi,
tindakan operatif, dan infeksi (Dinkes Aceh, 2012).Read More
Berdasarkan
data BPS Nurasiah Ms insidens haemoragi post
pastum akibat retensio plasenta
selama Januari – April 2014 hanya 3 kasus dari 50 persalinan yang ada (Medikal
Record BPS Nurasiah, 2014).
B. Tujuan
1.
Tujuan
Umum
Untuk
melaksakan Asuhan Kebidanan Pada Ny. A dengan Retensio Plasenta dengan pendokumentasian varney.
2.
Tujuan
Khusus
a.
Untuk
mengetahui pengertian dari retensio
plasenta.
b.
Untuk
mengetahui etiologi dari retensio plasenta.
c.
Untuk
mengetahui patofisiologi dari retensio plasenta.
d.
Untuk
mengetahui factor predisposisi retensio
plasenta.
e. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari retensio plasenta.
f.
Untuk
mengetahui komplikasi dari retensio plasenta.
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari retensio plasenta.
C. Manfaat
1. Bagi
Masyarakat
Sebagai
bahan bacaan untuk menambah pengetahuan pasien, sehingga komplikasi yang bisa
saja terjadi selama kehamilan, persalinan dan nifas dapat dicegah.
2. Bagi
Pendidikan
Sebagai
wacana untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan serta bahan tambahan
buku-buku di perpustakaan dan sebagai kerangka acuan dalam pembuatan Asuhan
Kebidanan bagi adik-adik selanjutnya.
3. Bagi
klinik
Sebagai
referensi dalam pemberian asuhan kebidanan khususnya untuk mencegah terjadinya
perdarahan pada ibu dengan retensio
plasenta di masa yang akan datang.
4. Bagi
Penulis
Mengetahui
askeb pada kasus Asuhan Kebidanan Pada
Persalinan dengan Retensio
Plasenta dengan baik dan benar.
BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
A. Pengertian
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahriran plasenta selama setengah jam setelah kelahiran bayi. Pada beberapa
kasus dapat terjadi retensio plasenta
(habitual retensio plasenta). Plasenta harus dikeluarkan karena dapat
menimbulkan bahaya perdarahan, infeksi sebagai benda mati, dapat terjadi plasenta inkarserata, dapat terjadi polip plasenta dan terjadi degerasi ganas korio karsioma. Sewaktu
suatu bagian plasenta (satu atau
lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara
efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. Gejala dan tanda yang
bisa ditemui adalah perdarahan segera, uterus
berkontraksi tetapi tinggi fundus
tidak berkurang (Prawiraharjo, 2005).
Plasenta tertahan
jika tidak dilahirkan dalam 30 menit setelah janin lahir. Plasenta mungkin terlepas tetapi terperangkap oleh seviks, terlepas sebagian, secara patologis melekat (plasenta akreta, inkreta,
percreta) (David, 2007).
Retensio plasenta adalah plasenta
yang tidak terpisah dan menimbulkan haemorage yang tidak tampak dan juga disadari pada lamanya waktu
yang berlalu antara kelahiran bayi dan keluarnya plasenta yang diharapkan. Beberapa ahli klinik menangiani setelah 5 menit,
kebanyakan bidan akan menunggu satu setengah jam bagi plasenta untuk keluar
sebelum menyebutnya untuk tertahan (Varney’s, 2007).
B.
Etiologi
Menurut
Wiknjosastro (2007), sebab retensio plasenta dibagi menjadi 2
golongan antara lain yaitu :
1. Sebab fungsional
a. His yang kurang kuat (sebab utama).
b. Tempat melekatnya yang kurang
menguntungkan (contoh : di sudut tuba).
c. Ukuran plasenta
terlalu kecil.
d. Lingkaran kontriksi pada bagian bawah perut.
2. Sebab patologi anatomik (perlekatan plasenta
yang abnormal)
a. Plasenta
akreta, yaitu vili
korialis menanamkan diri lebih dalam ke dalam dinding rahim dari pada biasa
ialah sampai ke batas antara endometrium dan
miometrium.
b. Plasenta
inkreta, yaitu vili korialis masuk ke dalam lapisan
otot rahim.
c. Plasenta
perkreta, yaitu vili korialis menembus lapisan otot dan
mencapai serosa atau
menembusnya.
C. Patofisiologi
Segera
setelah anak lahir, uterus berhenti
kontraksi namun secara perlahan tetapi progresif
uterus mengecil, yang disebut retraksi
pada masa retraksi itu lembek namun
serabut - serabutnya secara perlahan memendek kembali. Peristiwa retraksi menyebabkan pembuluh-pembuluh
darah yang berjalan dicelah-celah serabut otot - otot polos rahim terjepit oleh
serabut otot rahim itu sendiri. Bila serabut ketuban belum terlepas, plasenta
belum terlepas seluruhnya dan bekuan darah dalam rongga rahim bisa
menghalangi proses retraksi yang
normal dan menyebabkan banyak darah hilang (Winknjosastro, 2007).
D. Faktor-faktor
Predisposisi
Menurut
Prawirohardjo (2002), factor predisposisi yang mempengaruhi terjadinya retensio
plasenta diantaranya adalah
1.
Grandemultipara.
2.
Kehamilan
Ganda, sehingga memerlukan implantasi
plasenta yang agak luas.
3.
Kasus infertilitas, karena lapisan endometriumnya tipis
4.
Plasenta previa, karena di bagian istmus uterus, pembuluh darah sedikit, sehingga perlu masuk jauh
kedalam
5.
Bekas
operasi pada uterus.
6.
Bentuk
perdarahan:
a.
Perdarahan
pasca partus berkepanjangan sehingga
patrun pengeluaran lokhea, disertai
darah lebih dari 7-10 hari.
b.
Dapat terjadi
perdarahan baru setelah patruin pengeluaran
lokhea normal.
c.
Dapat
berbau, akibat infeksi.
E.
Gejala Retensio Plasenta
Gejala
|
Separasi/ akreta parsial
|
Plasenta inkreta
|
Plasenta akreta
|
1) Konsistensi
uterus
|
Kenyal
|
Keras
|
Cukup
|
2) Tinggi fundus
|
2 jari bawah pusat
|
Sepusat
|
|
Bentuk uterus
|
Agak globuler
|
Discoid
|
|
Perdarahan
|
Sedang
|
Sedikit/tidak ada
|
|
Tali pusat
|
Terjulur
|
Tidak terjulur
|
|
Ostium
uteri
|
Konstriksi
|
Terbuka
|
|
Separasi
plasenta
8)
|
Sudah lepas
Jarang
|
Melekat seluruhnya Jarang sekali, kecuali akibat inversion oleh tarikan kuat pada tali pusat.
|
|
Syok
|
Sering
|
Jarang
|
Sumber :
Buku sinopsis obstetri (Mochtar, 2007)
F. Komplikasi
Menurut
Manuaba (2001), komplikasi dari retensio plasenta adalah:
1.
Perdarahan
2.
Infeksi
3.
Terjadi
polip plasenta sebagai masa proliferative yang mengalami infeksi
sekunder dan nekrosis
4.
Terjadi
degenerasi (keganasan) koriokarsinoma.
G. Penatalaksanaan
Penanganan
retensio plasenta berupa pengeluaran plasenta dilakukan apabila plasenta belum lahir dalam 1/2-1 jam
setelah bayi lahir terlebih lagi apabila disertai perdarahan (Prawirohardjo,
2002).
1. Tindakan
penanganan retensio plasenta
a. Memberikan informasi kepada ibu
tentang tindakan yang akan dilakukan.
b. Mencuci tangan secara efektif.
c. Melaksanakan pemeriksaan umum.
d. Mengukur vital sign, suhu, nadi, tensi, pernafasan.
e. Melaksanakan pemeriksaan kebidanan (inspeksi, palpasi, periksa dalam).
f. Memakai sarung tangan steril.
g. Melakukan vulva hygiene.
h. Mengamati adanya gejala dan tanda retensio plasenta.
i.
Bila
plasenta tidak lahir dalam 30 menit
sesudah lahir atau terjadi perdarahan sementara plasenta belum lahir, maka berikan oxytocin 10 IU IM.
j.
Pastikan bahwa kandung kemih kosong dan tunggu terjadi
kontraksi, kemudian coba melahirkan plasenta dengan menggunakan peregangan
tali pusat terkendali.
k. Bila dengan tindakan tersebut plasenta belum lahir dan terjadi
perdarahan banyak,maka plasenta harus
dilahirkan secara manual.
l.
Berikan
cairan infus NACL atau RL secara guyur untuk mengganti cairan.
2. Cara
melakukan Manual Plasenta
a. Memasang infus cairan dekstrose 5%.
b. Ibu posisi litotomi dengan narkosa
dengan segala sesuatunya dalam keadaan suci hama.
c. Tekniknya yaitu tangan kiri diletakkan di fundus uteri, tangan kanan dimasukkan dalam rongga rahim dengan
menyusuri tali pusat sebagai penuntun.
d. Tepi plasenta dilepas – disisihkan
dengan tepi jari-jari tangan – bila sudah lepas ditarik keluar. Lakukan eksplorasi apakah ada luka-luka atau
sisa-sisa plasenta dan bersihkanlah. Manual plasenta berbahaya karena dapat
terjadi robekan jalan lahir (uterus)
dan membawa infeksi.
BAB III
TINJAUAN KASUS
MANAJEMEN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN
Taggal
Masuk : 10 Maret 2014 Pukul : 12.00 wib
Ruangan : Bersalin
I.
PENGUMPULAN
DATA
A.
IDENTITAS
Nama Ibu : Ny. A Nama
Suami : Tn. M
Umur : 36 Tahun Umur :
40 Tahun
Suku / Bangsa : Aceh/Indonesia Suku /
Bangsa :Aceh/Indonesia Aga ma : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Alamat
Rumah : Meunasah Dayah Alamat Rumah
: Meunasah Dayah
B.
ANAMNESA
( DATA SUBJEKTIF )
Pada Tanggal :
10 Marert 2014 Pukul : 12
: 00 wib
1. Alasan
utama masuk kamar bersalin : Ingin
melahirkan
2. Perasaan
( sejak terakhir datang ke klinik ) : Nyeri pinggang dan simfisis.
3.
Tanda – tanda bersalin
Kontraksi : ada Sejak tanggal : 10 Maret 2014 Pukul: 07:00 Wib
Frekuensi : 1 x setiap 10 menit
Lamanya : 15 dtk kekuatan : sedang
Lokasi Ketidak nyamanan : Pinggang
dan simfisis
4. Pengeluaran
Pervaginan : jam
Darah Lendir [ ] [ ]
Jumlah : 10 cc warna :
Merah
5. Masalah
– masalah khusus : Kesalahan ibu
dalam memberitahukan HPHT.
6. Riwayat
Kehamilan sekarang
HPHT :
25 Juni 2014
Haid bulan sebelumnya : ada Lamanya
: 7 hari
Siklus :
28 hari
ANC :
Teratur, Frekuensi 4 x Di BPS
7. Riwayat
Imunisasi : TT Lengkap
8. Riwayat
Kehamilan, Persalinan yang Lalu
No
|
Tgl/Thn
Persalinan
|
Tempat
Pertolongan
|
Usia
Keha
milan
|
Jenis
Persa
Linan
|
Penolong
|
Penyulit
|
Jenis
Kehamilan
|
BB
|
PB
|
Keadaan
|
1
2
|
1996
2003
|
BPS
BPS
|
38 mg
32 mg
|
Normal
Normal
|
Bidan
Bidan
|
Retensio Plasenta
Retensio Plasenta
|
Tunggal
tunggal
|
3200gr
3400gr
|
50cm
49cm
|
Baik
Baik
|
|
9. Pergerakan
janin dalam 24 jam terakhir : 10- 20 x /mnt
10. Makan
dan Minum terkhir, pukul :
10:00 wib
Jenis Makanan : Nasi, sayur , ikan dan air
putih.
11. Buang
Air Besar terakhir : jam
08: 00 wib
12. Buang
Air Kecil terkhir : jam 08: 30wib
13. Tidur :
7 jam
14. Psikologis : Cemas dalam proses
persalinan
13. Keluhan
Lain (bila ada) :
Tidak ada
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan
Umum :
Baik
Keadaan Emosional :
Stabil
2. Tanda
Vital
-
Tekanan Darah : 130 / 90 mmhg
-
Denyut Nadi : 80 x / mnt
-
Pernafasan : 22 x/ mnt
-
Suhu Tubuh : 37 ◦C
3. Tinggi
Badan : 165 cm Berat Badan : 75 kg
4. Muka Kelopak mata :
Tidak ada kelainan
Konjungtiva : Tidak pucat
Seklera : Tidak
ikterik
5.
Mulut dan gigi : Bersih, tidak ada kelainan
Lidah dan geraham : Bersih, tidak ada kelainan
Gigi : Tidak ada karies
dentis
6.
Kelenjar Thiroid :
Pembesaran Kelenjar : Tidak ada
7.
Kelenjar Getah bening Pembesaran : Tidak ada
8.
Dada :
Tidak ada kelainan
9.
Jantung :
Tidak ada kelainan
10.
Paru :
Tidak ada kelainan
11.
Payudara
Pembesaran : ada
Putting
susu : Menonjol
Simetris : Payu dara kanan lebih
besar
Benjolan : Tidak ada
Rasa
nyeri : Tidak ada
12.
Punggung
dan Pinggang
Posisi tulang belakang : Lordosis
Pinggang ( nyeri ketuk
) : Nyeri tekan
13.
Extremitas atas dan bawah
Oedema : Tidak ada
Kekakuan
otot dan sendi : Tidak ada
Kemerahan
: Tidak ada
Varises :
Tidak ada
Refleks : (+ +)
14.
Abdomen
-
Pembesaran : Sesuai umur kehamilan
-
Benjolan :
Tidak ada
-
Bekas luka operasi : Tidak ada
-
Konsistensi : Ada
-
Pembesaran Lien / liver : Tidak ada
-
Kandung kemih : Kosong
15.
Pemeriksaan Kebidanan
a. Palpasi
Uterus : Ya
Tinggi Fundus Uteri : 31cm (1 jari di bawah prosessus xifoideus)
Kontraksi : Ada,
2 x dalam 10 mnt lamanya 40 dtk
Fetus , Letak :
Memanjang
Presentasi : Kepala
Posisi :
Puka Penurunan : 3/5
Pergerakan : Teraba
Taksiran berat janin :
3100 gram
b. Auskultasi : Ya
Denyut jantung janin : 130 x/mnt
Frekuensi :
Teratur
Puctum maksimum :
1/3 SIAS dari
pusat
c. Ano-genital
sispeksi
Perineum Luka
parut : Tidak ada
Vulva Vagina
Warna :
Merah muda Luka : Tidak ada
Fistula :
Tidak Ada Varises:
Tidak ada
Pengeluaran
Pervaginam :
Darah bercampur lendir
Warna :
merah
Kelenjar Bartolini
Pembengkakan :
Tidak ada
Hoemoroid :
Tidak ada
d. Pemeriksaan
dalam
Atas
indikasi : Bidan
Dinding
Vagina : Lunak
Portio : Menipis
Pembukaan
servik : 4 cm
Posisi
portio : Sedikit
retrofleksi
Ketuban : Sudah pecah,
Presentasi
fetus : kepala
Imbang
feti pelvic : Tidak ada
II.
INTERPRETASI
DATA
1. Diagnosa
Ny.
A umur 36 tahun GIII PII A0 usia kehamilan 41 minggu 2 hari, janin
tunggal, hidup, intra uteri, presentasi kepala, keadaan ibu dan janin baik dengan
inpartu kala I.
2. Data
dasar:
a. Keadaan
Umum : Baik
b. HPHT
: 25-06-2013
TTP : 01-03-2014
c. Pemeriksaan Abdomen
Leopold
I : 31 cm
Leopold
II : bagian sebelah kanan ibu teraba bagian keras yang berarti punggung, bagian
sebelah kiri ibu teraba bagian kecil (ekstremitas punggung kiri)
Leopold
III : bagian terendah kepala
Leopold
IV : kepala sudah masuk PAP
Tafsiran
Berat Janin (TBJ) : 3100 gram
Denyut
Jantung Janin (DJJ) : 130 x/i
d. Pemeriksaan
dalam pukul 12:00 WIB
Pembukaan : 4 cm Portio
: Menipis
Hodge : I-II Ketuban :
utuh
3. Masalah
:
Ibu merasa cemas dengan
persalinannya dan ibu terlihat lemas
4. Kebutuhan
:
a. Dukungan
psikologis dari suami, keluarga dan bidan
b. Berikan
ibu posisi yang nyaman seperti miring kanan/miring kiri, jongkok dan telentang
c. Pemenuhan
cairan dan nutrisi memberi ibu makan dan minum serta pemasangan infuse
III.
ANTISIPASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Retensio Plasenta
IV.
TINDAKAN
SEGERA ATAU KOLABORASI
Melakukan tindakan
manual plasenta dan segera kolaborasi dengan Spesialis Obgyn.
V.
RENCANA
MANAJEMEN
1. Beritahu
ibu dan keluarga hasil pemeriksaan.
2.
Ajarkan
teknik relaksasi pada ibu saat ada his.
3.
Anjurkan keluarga untuk memenuhi kebutuhan ibu.
4. Beri dukungan moril pada ibu.
5. Jaga hak dan privacy ibu.
6.
Anjurkan
ibu untuk tidur dalam posisi miring.
7.
Pantau
keadaan umum ibu.
8.
Pantau kemajuan persalinan.
VI.
IMPLEMENTASI
/ PELAKSANAAN
1. Memberitahu
ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa keadaan janin baik dan keadaan umum
ibu juga baik.
2. Mengajarkan
teknik relaksasi pada ibu saat ada his
yaitu dengan menarik nafas panjang lewat hidung dan mengeluarkannya lewat
mulut.
3.
Menganjurkan keluarga untuk memenuhi kebutuhan
ibu seperti makan, minum, dan mengantar ibu bila ingin ke kamar mandi bila
ingin BAK.
4. Memberi
dukungan moril pada ibu.
5. Menjaga
hak dan privacy ibu.
6.
Menganjurkan ibu untuk tidur dalam posisi
miring.
7.
Memantau keadaan umum ibu.
8.
Memantau kemajuan persalinan.
VII.
EVALUASI
Tanggal 10 Maret 2014 Pukul: 01:00 wib
1.
Keadaan
ibu dan janin normal.
2.
Ibu
dan keluarga sudah mengerti tentang
anjuran yang diberikan.
KALA
I
S :
ibu
mengatakan bahwa ini kehamilan yang ketiga, ibu merasa cemas dengan keadaannya
saat ini, keluar lendir bercampur darah sejak sebelum ibu ke klinik dan perut
ibu terasa mules sejak pukul 08.00 wib.
O :
k/u
: baik
Kesadaran : Composmentis
Emosi : stabil
TTV
TD : 130/90 mmHg
RR : 24 x/i
Pols : 72 x/i
Temp : 37,1°C
Kontraksi : 4x10’30’’
VT :
4 cm
Leopold
LI : 31 cm
LII : PUKA
LIII : Kepala
LIV : Divergen
Penurunan kepala : 3/5
A :
Ny. A umur 36 tahun GIII PII
A0 usia kehamilan 41 minggu 2
hari, janin tunggal, hidup, intra uteri,
presentasi kepala, keadaan ibu dan janin baik dengan
inpartu kala I.
P :
- Bina
hubungan baik dengan pasien
- Pilih
posisi yang sesuai keinginan ibu
- Anjurkan
ibu untuk tidur miring kiri
- Beritahu
ibu tentang tindakan yang akan dilakukan
- Informasikan
keadaan ibu dan janin
- Siapkan
pemasangan infus
- Pantau
kemajuan persalinan setiap 4 jam sekali
- Beri
ibu dukungan moril
KALA
II
S : Ibu mengatakan
ada perasaan ingin meneran, perut ibu terasa sangat mules dan ada perasaan
ingin BAB.
O : k/u baik
Kesadaran
: Composmentis TD : 140/90 mmHg
Emosi : Stabil Pols : 80 x/i
His : 5x10’48’’ RR : 26 x/i
Pada
pukul 19.30 wib bayi lahir spontan segera menangis dengan
BB : 3000 gram Anus : (+)
PB : 50 cm Kelainan
Kongenital : Tidak Ada
LK :
33 cm Pols : 125 x/I Temp : 37,2 0C
LD :
33 cm RR : 40 x/I AG :
8 - 9
A :
Ny.
A umur 36 tahun dengan inpartu kala II, bayi lahir normal spontan segera
menangis, BB 3300 gram, PB 50 cm.
P :
- Jaga
privacy dan beri dukungan pada ibu
- Letakkan
bayi di dada ibu dan lakukan IMD segera
- Setelah
bayi lahir jepit dan potong tali pusat
- Keringkan
bayi tanpa menghilangkan verniks kaseosa
- Lakukan langkah selanjutnya (MAK III)
KALA
III
S :
ibu
mengatakan nyeri di bagian bawah perut, kecemasan ibu mulai berkurang setelah kelahiran
bayi.
O : k/u baik
Kesadaran
: Composmentis
Emosi : Stabil
TTV
TD : 130/90 mmHg
RR : 22 x/i
Pols : 80 x/i
Temp : 36,5°C
A : Ny. A umur 36
tahun dengan inpartu kala III
P :
- Pengisian
partograf
- Bina hubungan baik dengan ibu
- Beri
dukungan pada ibu
- Beritahu
pada ibu tentang tindakan yang akan dilakukan
- Lakukan
tindakan Manual Plasenta
- Persiapan
rujukan
- Pantau
kontraksi fundus ibu sampai tiba di tempat rujukan
- Ajarkan
ibu masase fundus
EVALUASI
S :
ibu
mengatakan nyeri di bagian bawah perut, kecemasan ibu mulai berkurang setelah
kelahiran bayi.
O : k/u baik
Kesadaran
: Composmentis
Emosi : Stabil
TTV
TD : 130/90 mmHg
RR : 22 x/i
Pols : 80 x/i
Temp : 36,5°C
A : Ny. A umur 36
tahun dengan inpartu kala III dengan retensio plasenta
P :
- Bina hubungan baik dengan ibu
- Beri
dukungan pada ibu
- Beritahu
pada ibu tentang tindakan yang akan dilakukan
- Infus
RL 35 tetes x/i dan drip metergin 2 amp
- Persiapan
rujukan
- Ibu
di rujuk pada pukul 21. 00 Wib dan tiba di RSU BUNDA pada pukul 21.45 Wib.
BAB
IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penanganan yang dilakukan pada setiap kasus
berbeda-berbeda tergantung pada kasus yang diderita/ banyaknya perdarahan.
Misalnya pada atonia uteri
penanganannya dengan melakukan Kompresi
Bimanual Interna/Eksterna, bila perdarahan tidak dapat diatasi untuk
menyelamatkan nyawa ibu maka dilakukan histerektomi
supravaginal. Pada retensio plasenta
penanganannya manual plassenta.
Sedang pada inversion uteri
penanganannya dengan reposisi pervaginam
jika masih tetap maka dilakukan laparotomi,
dan pada perlukaan jalan lahir maka penanganannya dengan penjahitan
(Winkjosastro, 2007).
Berdasarkan tinjauan kasus yang telah dikaji didapatkan dari 50 kasus ibu bersalin
yang ada terdapat 75 % ibu dengan persalinan normal tanpa masalah, 10 %
dengan ketuban pecah dini, 5 % dengan partus lama atau macet, 3 % dengan retensio plasenta, 2 % dengan perdarahan dan 5 % dari sebab lain
(Medical Record BPM Nurasiah Ms, Amd. Keb, 2014). Oleh karena itu, petugas kesehatan khususnya
bidan harus selalu tanggap, tepat dan sigap dalam menangani berbagai
kemungkinan buruk yang terjadi pada saat proses persalinan berlangsung.
B. Saran
1. Untuk
Masyarakat
Untuk
dapat menambah pengetahuan pasien, sehingga komplikasi yang bisa saja terjadi
selama kehamilan, persalinan dan nifas dapat dicegah.
2. Untuk
Pendidikan
Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan serta
bahan tambahan buku-buku di perpustakaan dan sebagai kerangka acuan dalam
pembuatan Asuhan Kebidanan bagi adik-adik selanjutnya.
3. Untuk
Klinik
Untuk
referensi dalam pemberian asuhan kebidanan khususnya untuk mencegah terjadinya
perdarahan pada ibu dengan retensio
plasenta di masa yang akan datang.
4. Untuk
Penulis
Mengetahui
askeb pada kasus Asuhan Kebidanan Pada
Persalinan dengan Retensio
Plasenta dengan baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Dahlia. 2013. Makalah Retensio Plasenta. From
http://dahliayaya.blogspot.com/2012/05/makalah-retensio_plasenta.html yang
diakses pada tanggal 09 Maret 2014.
JNPKKR-POGI. 2001. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Mochtar, Rustam. 2007. Sinopsis Obstetri Jilid I dan jilid II. Buku kedokteran. Jakarta :
EGC.
Manuaba, I.G.B, dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.
Nugroho, Taufan. 2010. Buku Ajar Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogjakarta : Nuha
medika.
Prawirohardjo, S. (2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka.
Putri, Akni. 2012. Retensio Plasenta. From
http://akni-putri.blogspot.com/2012/05/1.html di akses pada Tanggal 09 Maret
2014.
Sujiyatini, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan II (Persalinan). Yogyakarta : Rohima Press.
Winknjosastro, Hanafi. 2007. Ilmu Kebidanan.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Yulianti, Lia, dkk. 2011. Asuhan kebidanan IV (patologi kebidanan). Jakarta:TIM.
No comments:
Post a Comment