BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kematian dan kesakitan ibu hamil, bersalin, dan nifas masih
merupakan masalah besar di negara berkembang termasuk Indonesia. Di negara
miskin, sekitar 25-50% kematian usia subur disebutkan masih terkait dengan
kehamilan, persalinan, dan nifas. Lembaga kesehatan dunia World Health
Organization (WHO) memperkirakan di seluruh dunia setiap tahun lebih dari 585
ribu meninggal pada saat hamil atau bersalin (Depkes RI 2005). Angka Kematian
Bayi (AKB) di Indonesia masih tergolong tertinggi jika dibandingkan dengan
negara-negara ASEAN, yaitu Singapura (3 per 1000), Brunei Darussalam (8 per
1000), Malaysia (10 per 1000), Vietnam (18 per 1000) dan Thailand (20 per
1000).
Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) 2012, angka kematian ibu mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup.
Dalam survei yang sama, lima tahun lalu, angka kematian ibu hanya 228 per 100
ribu kelahiran hidup.
Di Indonesia data SDKI menyatakan AKB telah
menurun dari 35 per 1.000 kelahiran hidup (2004) menjadi 34 per 1.000 kelahiran
hidup (2007) sementara AKI menurun dari 307 per 100.000 kelahiran hidup (2004)
menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup (2007).
Di samping itu, lebih dari setengah kematian bayi (56%)
merupakan kematian neonatal (bayi baru lahir) yang umumnya berusia 0-6 hari.
Penyebab langsung kematian bayi adalah asfiksia, Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR),
dan infeksi. Sedangkan penyebab tidak langsung AKI dan AKB adalah faktor
lingkungan, perilaku, genetik dan pelayanan kesehatan (Departemen Kesehatan RI,
2007). Dari data diatas dapat dilihat penyebab langsung kematian bayi yang
berada pada urutan pertama adalah asfiksia. Beberapa faktor tertentu diketahui
dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya
adalah faktor ibu yakni terjadinya kehamilan lewat waktu, partus lama,
preeklamsi/ eklamsi, perdarahan abnormal, demam selama persalinan. Jadi, jika
ingin menekan kematian bayi dan balita, perhatian yang besar perlu pada upaya
penyelamatan bayi baru lahir (Depkes RI 2007) . Angka kejadian kehamilan lewat
waktu kira-kira 10%, angka ini bervariasi antara 3,5-14%1. Data statistik
menunjukkan, angka kematian dalam kehamilan lewat waktu lebih tinggi ketimbang
dalam kehamilan cukup bulan, dimana angka kematian kehamilan lewat waktu
mencapai 5 - 7 %.
Menurut World Health Organization
(WHO) tahun 2009 angka kejadian gawat
janin sebesar 21,6%.Indonesia menunjukkan kejadian gawat janin relatif cukup
banyak (34,7%) terutama terjadi pada persalinan yang diantaranya bradikardi
sebesar 11,4% dan takikardi sebesar
13,2% dari 100.000 kelahiran hidup.
B. Tujuan
1.
Tujuan Umum
2.
Tujuan Khusus
C. Manfaat
1.
Bagi Masyarakat
Untuk dapat memberikan informasi pada
masyarakat terutama pada ibu-ibu bersalin tentang gawat janin. Sehingga masyarakat mengetahui
secara dini faktor – faktor terjadinya gawat janin pada ibu bersalin
2.
Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi institusi pendidikan khususnya bagi Akademi DIII
Kebidanan Darussalam Lhokseumawe sebagai masukan dan menambah referensi tentang
hubungan kehamilan postterm dengan kejadian gawat janin.
3.
Bagi Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai bahan pembelajaran untuk mengetahui dan memahami tentang
hubungan kehamilan postterm dengan kejadian gawat janin.
4.
Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai bahan acuan, wawasan dan ide untuk melakukan penelitian
selanjutnya tentang hubungan kehamilan postterm dengan kejadian gawat janin.
BAB II
TINJAUAN
TEORITIS
A. Pengertian
Fetal Distress (Gawat janin) terjadi
bila janin tidak menerima Oksigen cukup, sehingga mengalami hipoksia(Abdul Bari
Saifuddin dkk.2002).
Gawat janin adalah kekhawatiran
obstetri tentang keadaan janin, yang
kemudian berakhir dengan seksio sesarea atau persalinan buatan lainnya
(Sarwono,2009).
Fetal Distress(Gawat janin) terjadi
bila janin tidak menerima cukup oksigen, sehingga mengalami hipoksia(Rukiyah,
Ai Yeyeh dkk.2002).
Secara luas istilah gawat janin telah
banyak dipergunakan, tapi didefinisi istilah ini sangat miskin.Istilah ini
biasanya menandakan kekhawatiran obstetric tentang obstetric tentang keadaan
janin, yang kemudian berakhir dengan seksio secarea atau persalinan buatan
lainnya.
Dapat disimpulkan bahwa gawat janin pada persalinan
adalah suatu keaadaan dimana janin tidak mendapatkan O2 yang cukup, yang jika
tidak segera ditangani maka akan menyebabkan kerusakan permanen sistem saraf
pusat dan organ lain serta kematian.
B. Etiologi
Penyebab dari gawat
janin yaitu:
1.
Insufisiensi
uteroplasenter akut (kurangnya aliran darah uterus-plasenta dalam waktu
singkat) :
a.
Aktivitas
uterus yang berlebihan, hipertonik uterus, dapat dihubungkan dengan pemberian oksitosin.
b.
Hipotensi
ibu, anestesi epidural,kompresi vena kava, posisi terlentang.
c.
Solusio
plasenta.
d.
Plasenta
previa dengan pendarahan.
2.
Insufisiensi
uteroplasenter kronik (kurangnya aliran darah uterus-plasenta dalam waktu lama)
:
a.
Penyakit
hipertensi
b.
Diabetes
mellitus
c.
Postmaturitas
atau imaturitas
3.
Kompresi
(penekanan) tali pusat
a.
Oligihidramnion
b.
Prolaps
tali pusat
c.
Puntiran
tali pusat
4.
Penurunan
kemampuan janin membawa oksigen
a.
Anemia
berat misalnya isomunisasi , perdarahan fetomaternal
b.
Kesejahteraan
janin dalm persalinan asfiksia intrapartum dan komplikasi
c.
skor
APGAR 0-3 selam > 5 menit
d.
Sekuele
neorologis neonatal
e.
Disfungsi
multi organ neonatal
f.
pH
arteri tali pusat 7,0
C. Patofisiologi
Ada beberapa patofisiologi yang mendasari gawat janin:
1.
Dahulu janin dianggap mempunyai tegangan oksigen yang
lebih rendah karena janin dianggap hidup di lingkungan hipoksia dan asidosis
yang kronik, tetapi sebenarnya janin hidup dalam lingkungan yang sesuai dan
konsumsi oksigen per gram berat badan sama dengan orang dewasa, kecuali bila
janin mengalami stress.
2.
Afinitas terhadap oksigen, kadar hemoglabin, dan
kapasitas angkut oksigen pada janin lebih besar dibandingkan dengan orang
dewasa.Demikian juga halnya dengan
curah jantung dan kecepatan arus darah lebih besar dari pada orang dewasa.
Dengan demikian penyaluran oksigen melalui plasenta kepada janin dan
jaringan perifer dapat terselenggara
dengan relatif baik.Sebagai hasil metabolisme oksigen akan terbentuk asam
piruvat,sementara CO2 dan air diekskresi melalui plasenta.Bila plasenta
mengalami penurunan fungsi akibat dari perfusi ruang intervilli yang berkurang, maka penyaluran
oksigen dan ekskresi CO2 akan
terganggu yang berakibat penurunan PH atau timbulnya asidosis. Hipoksia yang
berlangsung lama menyebabkan janin harus mengolah glukosa menjadi energi
melalui reaksi anaerobik yang tidak efisien, bahkan menimbulkan asam organik
menambah asidosis metabolik. Pada umumnya asidosis janin disebabkan oleh
gangguan arus darah uterus atau arus darah tali pusat.
3.
Bradikardi janin tidak harus berarti merupakan
indikasi kerusakan jaringan akibat hipoksia, karena janin mempunyai kemampuan
redidtribusi darah bila terjadi hipoksia, sehingga jaringan vital (otak dan
jantung) akan menerima penyaluran darah yang lebih banyak dibandingkan jaringan
perifer. Bradikardi mungkin merupakan mekanisme perlindungan agar jantung
bekerja lebih efisien sebagai akibat hipoksia.
D. Klasifikasi
Jenis
gawat janin yaitu :
1.
Gawat janin yang terjadi secara ilmiah
2.
Gawat janin iatrogenic
Gawat janin iatrogenik adalah gawat
janin yang timbul akibat tindakan medik atau kelalaian penolong. Resiko dari
praktek yang dilakukan telah mengungkapkan patofisiologi gawat janin iatrogenik
akibat dari pengalaman pemantauan jantung janin. Kejadian yang dapat
menimbulkan gawat janin iatrogenik adalah:
a.
Posisi tidur ibu
Posisi
terlentang dapat menimbulkan tekanan pada Aorta dan Vena Kava sehingga timbul
Hipotensi.Oksigenisasi dapat diperbaiki dengan perubahan posisi tidur menjadi
miring ke kiri atau semilateral.
b.
Infus oksitosin
Bila
kontraksi uterus menjadi hipertonik atau sangat kerap, maka relaksasi uterus
terganggu, yang berarti penyaluran arus darah uterus mengalami kelainan. Hal
ini disebut sebagai Hiperstimulasi. Pengawasan kontraksi harus ditujukan agar
kontraksi dapat timbul seperti kontrkasi fisiologik.
c.
Anestesi Epidural
Blokade
sistem simpatik dapat mengakibatkan penurunan arus darah vena, curah jantung
dan penyuluhan darah uterus. Obat anastesia epidural dapat menimbulkan kelainan
pada denyut jantung janin yaitu berupa penurunan variabilitas, bahkan dapat
terjadi deselerasi lambat. Diperkirakan ibat-obat tersebut mempunyai pengaruh
terhadap otot jantung janin dan vasokontriksi arteri uterina.
3.
Gawat janin sebelum persalinan
a.
Gawat janin kronik
Dapat
timbul setelah periode yang panjang selama periode antenatal bila status
fisiologi dari ibu-janin-plasenta yang ideal dan normal terganggu.
b.
Gawat janin akut,yaitu suatu kejadian
bencana yang tiba – tiba mempengaruhi oksigenasi janin.
4.
Gawat janin selama persalinan
Menunjukkan hipoksia janin tanpa
oksigenasi yang adekuat, denyut jantung janin kehilangan varibilitas dasarnya
dan menunjukkan deselerasi lanjut pada kontraksi uterus. Bila hipoksia menetap,
glikolisis anaerob menghasilkan asam laktat dengan pH janin yang menurun(Kapita
Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekkologi, 1994 : 211-213).
E. Tanda dan Gejala
Tanda-tanda
gawat janin:
1.
Mekonium kental berwarna hijau terdapat
di cairan ketuban pada letak kepala.
2.
Takikardi/ bradikardi/ iregularitas
dari denyut jantung janinUntuk mengetahui adanya tanda-tanda seperti di atas
dilakukan pemantauanmenggunakan kardiotokografi.
3.
Asidosis janin diperiksa dengan cara
mengambil sampel darah janin.
F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul jika janin
mengalami gawat janin yaitu :
1.
Asfiksia
2.
Menyebabkan IUFD(Intra Uterine Fetal
Death) jika tidak segera ditangani dengan baik.
Komplikasi Gawat janin atau asfiksia
intrauterin merupakan akibat dari kompresi talipusat akibat berkurangnya cairan
amnion (oligohidramnion) atau prolapsus talipusat KPD pada kehamilan yang
sangat muda dandisertai oligohidramnion yang lama menyebabkan terjadinya
deformitas janin a.l : Hipoplasia pulmonal Potter μs fasciaDeformitas
ekstrimitas.
G. Penatalaksanaan
1.
Penanganan umum:
a.
Pasien dibaringkan miring ke kiri, agar
sirkulasi janin dan pembawaan oksigen dari obu ke janin lebih lancar.
b.
Berikan oksigen sebagai antisipasi
terjadinya hipoksia janin.
c.
Hentikan infuse oksitosin jika sedang
diberikan infuse oksitosin, karena dapat mengakibatkan peningkatan kontraksi
uterus yang berlanjut dan meningkat dengan resiko hipoksis janin.
d.
Jika denyut jantung janin diketahui
tidak normal, dengan atau tanpa kontaminasi mekonium pada cairan amnion,
lakukan hal se¬bagai berikut:
e.
Jika sebab dari ibu diketahui (seperti
demam, obat-obatan) mulailah penanganan yang sesuai.
f.
Jika sebab dari ibu tidak diketahui dan
denyut jantung janin tetap abnormal sepanjang paling sedikit 3 kontraksi,
lakukan pemeriksaan dalam untuk mencari penyebab gawat janin:
Prinsip Umum :
a.
Bebaskan setiap kompresi tali pusat
b.
Perbaiki aliran darah uteroplasenter
c.
Menilai apakah persalinan dapat
berlangsung normal atau kelahiran segera merupakan indikasi.
2.
Penatalaksanaan Khusus
a.
Posisikan ibu dalam keadaan miring
sebagai usaha untuk membebaskan kompresi aortokaval dan memperbaiki aliran
darah balik, curah jantung dan aliran darah uteroplasenter. Perubahan dalam
posisi juga dapat membebaskan kompresi tali pusat.
b.
Oksigen diberikan melalui masker muka 6
liter permenit sebagai usaha untuk meningkatkan pergantian oksigen
fetomaternal.
c.
Oksigen dihentikan, karena kontraksi
uterus akan mengganggu curahan darah ke ruang intervilli.
d.
Hipotensi dikoreksi dengan infus
intravena dekstrose 5 % berbanding larutan laktat. Transfusi darah dapat di
indikasikan pada syok hemoragik.
e.
Pemeriksaan pervaginam menyingkirkan
prolaps tali pusat dan menentukan perjalanan persalinan.
f.
Pengisapan mekonium dari jalan napas
bayi baru lahir mengurangi risiko aspirasi mekoneum. Segera setelah kepala bayi
lahir, hidung dan mulut dibersihkan dari mekoneum dengan kateter pengisap.
Segera setelah kelahiran, pita suara harus dilihat dengan laringoskopi langsung
sebagai usaha untuk menyingkirkan mekoneum dengan pipa endotrakeal.
BAB III
TINJAUAN KASUS
MANAJEMEN
S.O.A.P PADA IBU BERSALIN
Tanggal : 09 Desember 2013 Pukul : 10.30
Ruang :
Bersalin
Nama Ibu : Ny.M
Umur :
27 Tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama :
Islam
Pendidikan : SMA
Alamat Rumah : Merduati
Keadaan
Umum : Sedang
Riwayat
Kehamilan Yang Lalu:
Anak
I lahir spontan tempat bidan dengan BB 2700 gr
Anak Ke II lahir spontan di RS Kesdam dengan
BB 3100 gr.
HPHT : 17 Maret 2013
TTP : 24 Desember 2013
Leopold
I : 31 cm
Leopold
II : PUKA
Leopold
III : Kepala
Leopold
IV : Divergen
TBJ : 3100 gram DJJ : 132 x/i
TD : 100/60 mmHg
Pols : 80 x/i
Rr : 24 x/i
Temp
: 36.70C
|
O :
Pukul 10.45 Pukul
14.00
Pemeriksaan Dalam
Pembukaan : 1 cm Pembukaan : 3 cm
Ketuban
: Utuh Ketuban : Pecah
Hijau
Portio
: tebal Portio : melunak
|
A : Ibu G3P2A0
umur 27 tahun hamil 40+5 minggu janin
tunggal hidup intra uteri,
puka, preskep dengan gawat janin inpartu kala I fase laten.
1. Memberitahu ibu dan keluarga hasil
pemeriksaan
2. Mengajarkan teknik relaksasi pada
ibu saat ada his yaitu dengan menarik nafas panjang lewat hidung dan
mengeluarkannya lewat mulut.
3. Menganjurkan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan ibu seperti makan, minum, dan mengantar ibu bila ingin ke kamar
mandi bila ingin BAK.
4. Mengeanjurkan ibu untuk tidur dalam
posisi miring.
5. Memasang infuse dengan cairan IVFD
RL + Oksitosin 5 UI yang dimulai dengan 4 tetes dan ditambahkan 4 tetes
setiap 15 menit atau seseuai dengan protap.
6. Memantau keadaan umum ibu dan
kemajuan persalinan.
Pukul:
14.00
1. Memberitahu ibu dan keluarga hasil
pemeriksaan bahwa pembukaan 3cm dan
ketuban sudah pecah berwarna hijau karena bercampur mekonium.
2. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa intruksi dokter Sp.OG ibu tidak
bisa melahirkan normal atas indikasi fetal distress ( gawat janin).
|
Pukul 14.15
Persiapan Sectio Cesarea
1. Melakukan skerem pada vulva.
2. Memasang kateter menetap.
3. Mengganti cairan IVFD RL + Oksitosin
dengan cairan IVFD RL biasa.
4. Melakukan skin test antibiotika
Cefotaxime untuk menguji kecocokan obat.
5.
Melakukan
injeksi antibiotika Cefotaxime 2gr/10 cc.
Pukul 14.30
Ibu
di dorong ke ruang OK
|
BAB
IV
PENUTUP
/
A.
Kesimpulan
Fetal Distres(Gawat janin) terjadi bila
janin tidak menerima Oksigen cukup, sehingga mengalami hipoksia(Abdul Bari
Saifuddin dkk.2002).Fetal distress (gawat janin) pada persalinan adalah suatu
keaadaan dimana janin tidak mendapatkan O2 yang cukup, yang jika tidak segera
ditangani maka akan menyebabkan kerusakan permanen sistem saraf pusat dan organ
lain serta kematian.
Etiologi gawat janin yaitu terdiri dari
berbagai hal baik dari faktor ibu maupun faktor janin sehingga memicu
terjadinya gawat janin,yaitu isufisiensi uteroplasenter akut (kurangnya aliran
darah uterus-plasenta dalam waktu
singkat),insufisiensi uteroplasenter kronik (kurangnya aliran darah
uterus-plasenta dalam waktu lama),kompresi (penekanan) tali pusat,isoimunisasi
Rh.
B. Saran
1.
Bagi Masyarakat
Agar masyarakat dapat dengan benar
menjaga dan merawat kehamilannya serta mengethaui dengan pasti tanda-tanda
terjadinya gawat janin.
2.
Bagi Institusi
Agar dapat menggunakan makalah ini
sebagai bahan referensi penelitian maupun pengajaran dan sebagai pelengkap dari
koleksi buku maupun artikel di perpustakaan.
3.
Bagi Rumah Sakit
Agar dapat di gunakan sebagai bahan
referensi dan ilmu pengetahuan tentang
gawat janin sehingga dapat lebih cepat mengetahui tanda terjadinya fetal
distress.
4.
Bagi Penulis
Agar dapat menambah pengetahuan tentang
fetal distress (gawat janin) sehingga mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan
nyata.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Bari Saifuddin dkk.2002.Buku Panduan Praktis Pelayanan kesehatan
Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka: Jakarta.
Joseph
Hk, dkk. 2010. Catatan Kuliah Ginekologi
dan Obstetri (Obsgyn). Nuha Medica: Yogyakarta.
Mochtar,Rustam,Prof.Dr.M.Ph.2008.Synopsis Obstetri, Jilid I, Edisi 2.EGC:
Jakarta.
Pincus Eatzel
dan Len Roberts. 1995. Kapita Selekta
Pediatri. EGC : Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono, Prof. Dr.
SPOG.2010.Ilmu Kebidanan Edisi III.Yayasan
Bina Pustaka: Jakarta.
Rukiyah,
Ai Yeyeh, S.siT, MKM. 2010. Asuhan
Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). CV
Trans Info Media: Jakarta.
s
No comments:
Post a Comment