Laman

Translate

Saturday, January 30, 2016

METODE KERANGKA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN (KPP)

1.       Pengertian
Merupakan metode untuk mengubah sikap, menjelaskan peran pemberdayaan pada proses pembangunan. Memikirkan bagaimana pemberdayaan perempuan dan makna persamaan dalam praktek serta seberapa jauh suatu intervensi akan mendukng pemberdayaaan. Di desain oleh Sara Hlupekile Longwe, konsultan gender dan pembangunan di Zambia. Pemberdayaan didefenisikan sebagai sesuatu yang memungkinkan perempuan mengambil tempat yang sama dengan laki-laki, dan terlibat secara sama dalam pross pembangunan untuk mencapai kontrol ats faktor0faktor produksi di atas landasan yang sama dengan laki-laki.

2.      Kelebihan
a.      Memungkinkan penilaian tentang manfaat dan apa yang masih harus dikerjakan
b.      Mampu menjelaskan peran pemberdayaan dalam pembangunan karena sebelumnya tidak diakui atau dihargai.
c.       Memiliki perspektif politik yang sangat kuat.
3.      Kekurangan
a.      Statis, tidak mengindahkan situasi berubah
b.      Melihat hubungan hanya berkenaan dengan persamaan, bukan sistem hak, klaim, tanggung jawab
c.       Tidak mempertimbangkan bentuk ketidakadilan lain
4.      Kerangka
Kerangka Longwe berfokus langsung pada penciptaan situasi/pengkondisian di mana masalah kesenjangan, diskriminasi dan subordinasi diselesaikan. Longwe menciptakan jalan untuk mencapai tingkat pemberdayaan dan kesederajatan (equality) di mana ditunjukan bahwa pemenuhan kebutuhan dasar-praktis perempuan tidak pernah sama dengan, pemberdayaan maupun sederajat (equal). Pengambilan keputusan (kontrol) merupakan puncak dari pemberdayaan dan kesederajatan (equality).
Dalam assessment proyek, kerangka Longwe bisa diturunkan menjadi dua alat:
a.      Level kesederajatan (Equality level)
Tujuan utama alat ini adalah untuk menilai apakah sebuah proyek/program intervensi pembangunan mampu mempromosikan kesederajatan dan pemberdayaan perempuan atau tidak. Asumsi dasar dibalik alat ini adalah bahwa titik tercapainya kesederajatan (equality) antara perempuan dan laki-laki mengindikasikan level pemberdayaan perempuan. Ada lima level dalam aras kesederajatan dan pemberdayaan yang perlu dicermati: Bentuk ini, menurut saya, seolah mengikuti alur pikirnya Abraham Maslow tentang teori hierarki of human needs, dengan meletakan kebutuhan dasar-praktikal pada titik yang paling bawah dan kebutuhan ”aktualisasi diri” sebagai kebutuhan tertinggi diterjemahkan sebagai ”kontrol dan decision making”. Tentunya, ilustrasi ini memiliki kelemahan dan terkesan dipaksakan.



Tabel
Level kesederajatan dan pemberdayaan


Equality
Pemberdayaan
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Kontrol (Decision Making)













Partisipasi

Kesadaran Kritis (Conscienticicao)
Akses

Welfare (kebutuhan dasar-praktis)
Anak panah di atas menunjukan arah peningkatan menuju pemberdayaan dan equality.
1)       Tingkat 
Pemberdayaan uraian tindakan untuk pemberdayaan permasalahan kontrol tingkat tertinggi dari ketidak adilan dan pemberdayaan gender perwakilan setara, peran aktif dalam pengembangan, diakuinya sumbangan masing-masing.
2)     Partisipasi
Perempuan telah mencapai tingkat dimana mereka mengambil keputusan disamping laki-laki mengorganisir diri bekerja dalamkelompok, maka mereka akan memperoleh perwakilan cara-cara apa yang harus digunakan ?.
3)      Kesadaran Khusus
Kesadaran bahwa permasalahan bersifat struktural dan berasal dari diskriminasi yang melembaga. Kesadaran tentang peran mereka dalam menguatkan atau mengubah keadaan yang merugikan apa yang harus dilakukan ?.
4)     Akses 
Menyangkut kesetaraan akses terhadap sumber daya dan manfaat kesadaran bahwa tidak adanya akses merupakan penghalang terjadinay peningkatan dan kesejahteraan mengapa kita mempunyai permasalahan ?.
5)     Kesejahteraan
Hanya menangani kebutuhan dasar tanpa mencoba memecahkan penyebab struktural yang menjadi akar masalah pemberdayaan mencakup kehendak untuk memahami permasalahan yang dihadapi dan kebutuhan.
b.      Isu Spesifik Perempuan – dengan tujuan pada pengenalan akan kebutuhan spesifik perempuan.
Asumsi utamanya adalah bahwa semua isu perempuan berkaitan dengan equality dalm peran sosial dan ekonomis. Tiga level pengenalan atas isu perempuan di dalam proyek adalah negatif, netral dan positif.

5.      Contoh Kasus
Seorang ibu datang ke BPS bidan X, berusia 17 tahun, postpartum hari keempat. Status obstetrinya ialah P1A0. Ibu diantar keluarganya ke klinik dengan keluhan demam tinggi. Hasil pemeriksaan fisik : TD : 100/80 mmHg, P : 100 x/menit, N : 28 x/menit, S : 38.6°C, riwayat demam pada hari ke tiga postpartum, TFU 1 jari dibawah pusat, Lokea Rubra berbau. Riwayat Kehamilan : ANC (-), status belum menikah, pernah mencoba untuk aborsi dengan minum obat-obat tradisional, stress psikologis antepartum (+). Riwayat  Persalinan: Ditolong oleh dukun.
Tingkat Pemberdayaan
Uraian
Tindakan Untuk Pemberdayaan
Permasalahan
Kesejahteraan
Tingkat kesejahteraan keluarga Ny. X dapat dikatakan dalam tingkat ekonomi menengah kebawah dan kurang mendapat perhatian dari pemerintah setempat
Perhatian pemerintah agar lebih menyeluruh sampai ke pelosok desa.
Kurangnya pengetahuan keluarga  tentang kesehatan reproduksi dan bahaya seks bebas.
Akses
Kurang mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi dan bahaya seks bebas
Membuka akses informasi seluas-luasnya di seluruh lapisan masyarakat
Ketidak aktifan petugas kesehatan dalam mensosialisasikan kesehatan reproduksi dan bahaya seks bebas.
Penyadaran
Tidak adanya kesadaran istri dan suami tentang kesehatan reproduksi dan bahaya seks bebas.
Memberi penyuluhan secara terus-menerus tentang kesehatan reproduksi dan bahaya seks bebas
Mengubah pola fikir keluarga terhadap pentingnya memahami kesehatan reproduksi dan bahaya seks bebas
Partisipasi
Ny. X tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan.
Mengikut sertakan wanita dalam pengambilan keputusan
Memberikan konseling kepada keluarga tentang kesehatan reproduksi dan bahaya seks bebas
Kontrol
Terjadinya penyetaraan gender khususnya dalam keluarga
Mengawasi kemajuan dari langkah-langkah yang telah dilakukan
Memantau perkembangan kesetaraan gender di masyarakat.





No comments:

Post a Comment