A. Pengertian
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan
pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak
normal, cepat dan tidak terkendali. Kanker payudara (Carcinoma mammae) adalah suatu penyakit neoplasma yang ganas berasal dari parenchyma. Penyakit ini oleh Word
Health Organization (WHO) dimasukkan ke dalam International Classification of Diseases (ICD) (Mansjoer, 2000).
B. Epidemiologi
Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan
insidens relatif tinggi, yaitu 20% dari seluruh keganasan (Tjahjadi, 1995).
Dari 600.000 kasus kanker payudara baru yang didiagnosis setiap tahunnya,
sebanyak 350.000 di antaranya ditemukan di negara maju sedangkan 250.000 di
negara yang sedang berkembang (Moningkey, 2000).
Di Amerika Serikat, kira-kira 175.000 wanita didiagnosis
menderita kanker payudara yang mewakili 32% dari semua kanker yang menyerang
wanita. Bahkan, disebutkan dari 150.000 penderita kanker payudara yang berobat
ke rumah sakit, 44.000 orang di antaranya meninggal setiap tahunnya (Oemiati,
1999). American Cancer Society
memperkirakan kanker payudara di Amerika akan mencapai 2 juta dan 460.000 di
antaranya meninggal antara 1990-2000 (Moningkey, 2000).
Kanker payudara merupakan kanker kedua terbanyak sesudah
kanker leher rahim di Indonesia (Tjindarbumi, 1995). Sejak 1988 sampai 1992,
keganasan tersering di Indonesia tidak banyak berubah. Kanker leher rahim dan
kanker payudara tetap menduduki tempat teratas. Selain jumlah kasus yang
banyak, lebih dari 70% penderita kanker payudara ditemukan pada stadium lanjut
(Moningkey, 2000). Data dari Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen
Kesehatan menunjukkan bahwa Case Fatality Rate (CFR) akibat kanker payudara
menurut golongan penyebab penyakit menunjukkan peningkatan dari tahun
1992-1993, yaitu dari 3,9 menjadi 7,8 (Ambarsari, 1998).
C. Etiologi
Sampai saat ini, penyebab kanker payudara belum diketahui
secara pasti. Penyebab kanker payudara termasuk multifaktorial, yaitu banyak faktor yang terkait satu dengan yang
lain. Beberapa faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh besar dalam
terjadinya kanker payudara adalah riwayat keluarga, hormonal dan faktor lain
yang bersifat eksogen (Soetrisno, 1988).
Bahan-bahan yang termasuk dalam kelompok karsinogen, yaitu :
1.
Senyawa kimia, seperti aflatoxin
B1, ethionine, saccharin, asbestos,
nikel, chrom, arsen, arang, tarr, asap rokok, dan oral kontrasepsi.
2.
Faktor fisik, seperti radiasi matahari, sinar-x, nuklir, dan
radionukleide.
3.
Virus, seperti RNA virus (fam. retrovirus), DNA virus (papiloma virus, adeno virus, herpes
virus), EB virus.
4.
Iritasi kronis dan inflamasi kronis dapat berkembang menjadi
kanker.
5.
Kelemahan genetik sel-sel pada tubuh sehingga memudahkan
munculnya kanker.
D. Faktor Resiko
1.
Usia.
Sekitar 60% kanker payudara terjadi
pada usia diatas 60 tahun. Resiko terbesar ditemukan pada wanita berusia diatas
75 tahun.
2.
Pernah menderita kanker payudara.
Wanita yang pernah menderita kanker in situ atau kanker invasif memiliki resiko tertinggi untuk menderita kanker payudara. Setelah payudara yang terkena diangkat,
maka resiko terjadinya kanker pada payudara yang sehat meningkat sebesar
0,5-1%/tahun.
3.
Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara.
Wanita yang ibu, saudara perempuan atau
anaknya menderita kanker, memiliki resiko 3 kali lebih besar untuk menderita
kanker payudara.
4.
Faktor genetik dan hormonal .
Telah ditemukan 2 varian gen yang
tampaknya berperan dalam terjadinya kanker payudara, yaitu BRCA1 dan BRCA2 .
Jika seorang mwanita memiliki salah satu dari gen tersebut, maka kemungkinan
menderita kanker payudara sangat besar. Gen lainnya yang juga diduga berperan
dalam terjadinya kanker payudara adalah p53, BARD1, BRCA3 dan Noey2.
Kenyataan ini menimbulkan dugaan bahwa
kanker payudara disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel yang secara genetik
mengalami kerusakan.F
aktor hormonal juga penting karena
hormon memicu pertumbuhan sel. Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif
wanita, terutama jika tidak diselingi oleh perubahan hormonal karena kehamilan,
tampaknya meningkatkan peluang tumbuhnya sel-sel yang secara genetik telah
mengalami kerusakan dan menyebabkan kanker.
5.
Pernah menderita penyakit payudara non-kanker.
Resiko menderita kanker payudara agak
lebih tinggi pada wanita yang pernah menderita penyakit payudara non-kanker
yang menyebabkan bertambahnya jumlah saluran air susu dan terjadinya kelainan
struktur jaringan payudara (hiperplasia
atipik).
6.
Menarche (menstruasi pertama) sebelum usia 12
tahun, menopause setelah usia 55
tahun, kehamilan pertama setelah usia 30 tahun atau belum pernah hamil. Semakin dini menarche, semakin besar resiko menderita kanker payudara. Resiko
menderita kanker payudara adalah 2-4 kali lebih besar pada wanita yang
mengalami menarche sebelum usia 12 tahun. Demikian pula halnya dengan menopause ataupun kehamilan pertama.
Semakin lambat menopause dan
kehamilan pertama, semakin besar resiko menderita kanker payudara.
7.
Pemakaian pil KB atau terapi sulih estrogen.
Pil KB bisa sedikit meningkatkan resiko
terjadinya kanker payudara, yang tergantung kepada usia, lamanya pemakaian dan
faktor lainnya.Belum diketahui berapa lama efek pil akan tetap ada setelah
pemakaian pil dihentikan.Terapi sulih estrogen yang dijalani selama lebih dari
5 tahun tampaknya juga sedikit meningkatkan resiko kanker payudara dan
resikonya meningkat jika pemakaiannya lebih lama.
8.
Obesitas pasca menopause
Obesitas sebagai faktor resiko kanker payudara masih diperdebatkan.
Beberapa penelitian menyebutkan obesitas
sebagai faktor resiko kanker payudara kemungkinan karena tingginya kadar
estrogen pada wanita yang obes.
9.
Pemakaian alkohol
Pemakaian alkoloh lebih dari 1-2
gelas/hari bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.
10. Bahan kimia
Beberapa penelitian telah menyebutkan
pemaparan bahan kimia yang menyerupai estrogen (yang terdapat di dalam
pestisida dan produk industri lainnya) mungkin meningkatkan resiko terjadinya
kanker payudara.
11.
DES (dietilstilbestrol)
Wanita yang mengkonsumsi DES untuk
mencegah keguguran memiliki resiko tinggi menderita kanker payudara.
12. Penyinaran.
Pemaparan terhadap penyinaran (terutama
penyinaran pada dada), pada masa kanak- kanak bisa meningkatkan resiko
terjadinya kanker payudara.
13. Faktor resiko lainnya.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
kanker rahim, ovarium dan kanker usus besar serta adanya riwayat kanker dalam
keluarga bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.
E. Klasifikasi
No.
|
Jenis
Kanker
|
1.
|
Non Invasif
Intraduktal
Lobular karsinoma Insitu
|
2.
|
Invasive
a.
Karsinoma
invasif duktal
b.
Karsinoma
invasif duktal dengan komponen intraduktal yang predominant
c. Karsinoma invasif lobular
d.
Karsinoma
mucinous
e.
Karsinoma
medullary
f.
Karsinoma
papillary
g.
Karsinoma
tubular
h.
Karsinoma
adenoid cystic
i.
Karsinoma
sekretori (juvenile)
j.
Karsinoma
apocrine
k.
Karsinoma
dengan metaplasia
Tipe squamous
Tipe spindle-cell
Tipe cartilaginous
dan osseous Mixed type
Lain-Lain
|
3.
|
Paget’s
disease of the nipple
|
F. Stadium
Kanker Payudara
Stadium dalam kanker, adalah untuk
menggambarkan kondisi kanker, yaitu letaknya, sampai dimana penyebarannya,
sejauh mana pengaruhnya terhadap organ tubuh yang lain.
Untuk menentukan suatu stadium, harus
dilakukan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang lainnya yaitu histopatologi atau PA, rontgen, USG, dan
bila memungkinkan dengan CT scan, scintigrafi, dan lain-lain. Banyak sekali
cara untuk menentukan stadium, namun yang paling banyak digunakan saat ini
adalah stadium kanker berdasarkan klasifikasi sistem TNM yang direkomendasikan
oleh Union International Against Cancer
(UICC) dari World Helath Organization /American Joint Committee On Cancer (AJCC) yang disponsori oleh American Cancer Society dan American College of Surgeons.
1.
System TNM
a.
Tumor itu sendiri. Seberapa besar ukuran tumornya dan dimana
lokasinya (T, Tumor)
b.
Kelenjar getah bening di sekitar tumor. Apakah tumor telah
menyebar kekelenjar getah bening disekitarnya? (N, Node)
c.
Kemungkinan tumor telah menjalar ke organ lain (M, Metastasis)
Ketiga
faktor T, N, dan M dinilai baik secara klinis sebelum dilakukan operasi, juga
sesudah operasi dan dilakukan pemeriksaan histopatologi
(PA). Pada kanker payudara, penilaian TNM sebagai berikut :
1)
Ukuran Tumor
Tumor
(T)
|
Intepretasi
|
T0
|
Tidak ada bukti adanya suatu tumor
|
Tis
|
Lobular
carninoma in situ
(LCIS), ductus carninoma in situ
(DCIS), atau Paget’s disease
T1
|
T1
T1a
T1b
|
Diameter
tumor ≤ 2cm
Tidak
ada perlekatan ke fasia atau otot pektoralis
Dengan perlekatan ke fasia
atau otot pektoralis
|
T2
T2a
T2b
|
Diameter
tumor 2-5 cm
Tidak
ada perlekatan ke fasia atau otot pektoralis
Dengan perlekatan ke fasia atau otot pektoralis
|
T3
T3a
T3b
|
Diameter
tumor ≤ 5 cm
Tidak
ada perlekatan ke fasia atau otot pektoralis
Dengan perlekatan ke fasia atau otot pektoralis
|
T4
T4a
T4b
|
BeRApa
pun diameternya, tumor telah melekat pada dinding dada dan mengenai pectoral lymph node
Dengan
fiksasi ke dinding toraks
Dengan
edema, infiltrasi, atau ulserasi di
kulit
|
Sumber :Djamaloeddin,2005
2.
Palpable Lymph Node (N)
Palpable
Lymph Node (N)
|
Intepretasi
|
N0
|
Kanker belum menyebar ke lymph node
|
N1
|
Kanker telah menyebar ke axillary lymph node ipsilateral dan dapat digerakkan
|
N2
|
Kanker telah menyebar ke axillary lymph node ipsilateral dan melekat antara satu sama lain
(konglumerasi) atau melekat pada struktru lengan
|
N3
|
Kanker telah menyebar ke mammary lymph node atau supraclavicular
lymph node ipsilateral
|
Sumber :Djamaloeddin,2005
3.
Metastase (M)
Metastase
(M)
|
Intepretasi
|
M0
|
Tidak ada metastase
ke organ yang jauh
|
M1
|
Metastase ke organ jauh
|
Sumber :Djamaloeddin,2005
Setelah masing-masing faktor T, N, M
didapatkan, ketiga faktor tersebut kemudian digabungkan dan akan diperoleh
stadium kanker sebagai berikut:
Stadium
|
Ukuran
Tumor
|
Palpable
Lymph Node
|
Metastase
|
0
|
Tis
|
N0
|
M0
|
I
|
T1
|
N0
|
M0
|
IIA
|
T1
T2
|
N1
N0
|
M0
M0
|
IIB
|
T2
T3
|
N1
N0
|
M0
M0
|
IIIA
|
T1,T2
T3
|
N2
N1
|
M0
M0
|
IIIB
|
T4
|
N3
|
M0
|
IV
|
T
|
N
|
M1
|
Sumber : Kosmmojaya Pandu Nusa, 2009
G. Tanda dan Gejala
1.
Ada bejolan yang keras di payudara
2.
Bentuk umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada
payudara. Benjolan itu mula-mula kecil, semakin lama akan semakin besar, lalu
melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada
puting susu.
3.
Puting berubah (bisa masuk kedalam, atau terasa sakit
terus-menerus), mengeluarkan cairan atau darah
4.
Kulit atau puting susu menjadi tertarik ke dalam (retraksi), bewarna merah muda atau
kecoklat-coklatan sampai menjadi oedema hingga kulit kelihatan seperti kulit
jeruk, mengkerut atau timbul borok pada payudara.
Borok itu semakin lama akan semakin
membesar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara, sering
berbau busuk dan mudah berdarah.
Ciri-ciri lainnya antara lain
pendarahan pada puting susu, rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul
apabila tumor sudah besar, sudah timbul borok, atau bila sudah muncul metastase ke tulang-tulang, kemudian
timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak (edema) pada lengan,
dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh (Handoyo, 1990).
5.
Ada perubahan pada kulit payudara diantara berkerut,
iritasi, seperti kulit jeruk.
6.
Adanya benjolan-benjolan kecil
7.
Ada luka di payudara yang sulit sembuh
8.
Payudara terasa panas, memerah, dan bengkak
9.
Terasa sakit atau nyeri (bisa juga ini bukan sakit karena
kanker, tetapi tetap harus diwaspadai)
10. Terasa sangat gatal di daerah sekitar
putting
11.
Benjolan yang keras itu tidak bergerak (terfiksasi) dan
biasanya pada awal tidak terasa sakit
12. Apabila benjolan itu kanker, awalnya
biasanya hanya pada satu payudara.
Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali degan
mengetahui kriteria operabilitas
Heagensen sebagai berikut :
1.
Terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas
kulit payudara);
2.
Adanya nodul satelit pada kulit payudara;
3.
Kanker payudara jenis mastitis
karsinimatosa;
4.
Terdapat model parasternal
dan nodel supraklavikula;
5.
Adanya edema lengan dan metastase
jauh;
6.
Serta terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu ulserasi
kulit, edema kulit, kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar getah bening aksila berdiameter lebih 2,5 cm dan
kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain.
H. Diagnosa
Terdapat berbagai macam cara untuk
mendiagnosa kanker payudara dan untuk menentukan apakah suda ada metastasis ke organ lain. Beberapa tes
juga berguna untuk menentukan pengobatan yang paling efektif untuk pasien.
Kebanyakan pada tipe kanker, biopsi (mengambil sedikit jaringan untuk diteliti
dibawah mikroskop, dilakukan oleh ahli patologi) adalah jalan satu-satunya
untuk menentukan secara pasti diagnosis kanker. Apabila biopsi tidak mungkin dilakukan, dokter akan
mengusulkan tes lain untuk membantu diagnosa. Test Imaging bisa digunakan untuk
menemukan apakah telah terjadi metastasis.
Dokter akan mempertimbangkan faktor- faktor di bawah ini, ketika memutuskan tes
diagnostik:
a.
Usia dan kondisi medis pasien
b.
Tipe kanker
c.
Beratnya gejala
d.
Hasil tes sebelumnya
Tes diagnosa kanker payudara biasanya dimulai
apabila wanita atau dokter menemukan suatu massa atau pengerasan yang tidak
normal (suatu titik kecil dari kalsium, biasanya dilihat pada saat X-ray), pada
screening mammogram. Atau bisa juga
suatu yang tidak normal di payudara wanita ditemukan pada pemeriksaan klinis
atau pemeriksaan sendiri. Beberapa tes mungkin dilakukan untuk memastikan
diagnosa dari kanker payudara.
I. Komplikasi
1.
Sindroma Paraneoplastik
Sindroma Paraneoplastik adalah sekumpulan gejala
yang bukan disebabkan oleh tumornya sendiri, tetapi oleh zat-zat yang
dihasilkan oleh kanker. Beberapa zat yang dapat dihasilkan oleh tumor adalah hormone, sitokinese dan berbagai protein lainnya.
Zat-zat
tersebut mempengerahui organ atau jaringan melalui efek kimianya. Bagaimana
tepatnya kanker mengenai sisi yang jauh belum sepenuhnya dimengerti. Beberapa
kanker mengeluarkan zat ke dalam aliran darah yang merusak jaringan yang jauh
melalui suatu reaksi autoimun. Kanker
lainnya mengeluarkan zat yang secara langsung mempengaruhi fungsi dari organ
yang berbeda atau merusak jaringan. Bisa terjadi kadar gula darah yang rendah,
diare, dan tekanan darah tinggi.
2.
Kedaruratan
Yang termasuk dalam kedaruratan kanker
adalah :
a.
Tamponade jantung
b.
Efusi pleura
c.
Sindroma vena kava superior
d.
Sindroma penekanan tulang belakang
e.
Sindroma hiperkalemik
J. Penyaringan
Kanker pada stadium awal jarang menimbulkan gejala,
karena itu sangat penting untuk melakukan penyaringan. Beberapa prosedur yang
digunakan untuk penyaringan kanker payudara:
1.
SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)
Jika SADARI
dilakukan secara rutin, seorang wanita akan dapat menemukan benjolan pada stadium
dini. Sebaiknya SADARI dilakukan pada waktu yang sama setiap bulan. Bagi wanita
yang masih mengalami menstruasi, waktu yang paling tepat untuk melakukan SADARI
adalah 7-10 hari sesudah hari 1 menstruasi. Bagi wanita pasca menopause, SADARI
bisa dilakukan kapan saja, tetapi secara rutin dilakuka setiap bulan (misalnya
setiap awal bulan).
Adapun
langkah-langkah melakukan SADARI antara lain:
a.
Berdiri didepan cermin, perhatikan payudara. Dalam keadaan normal, ukuran payudara kiri dan kanan sedikit berbeda. Perhatikan perubahan perbedaan ukuran antara payudara kiri dan kanan dan perubahan
pada puting susu (misalnya tertarik ke dalam) atau keluarnya
cairan dari puting susu. Perhatikan apakah kulit pada puting susu berkerut.
b.
Masih berdiri di depan
cermin, kedua telapak tangan diletakkan dibelakang kepala dan kedua tangan
ditarik ke belakang. Dengan posisi seperti ini maka akan lebih mudah
untuk menemukan perubahan kecil akibat kanker. Perhatikan perubahan bentuk dan kontur payudara, terutama pada payudara bagian bawah.
c.
Kedua tangan di letakkan di pinggang dan badan agak condong kearah cermin, tekan bahu dan sikut ke arah
depan. Perhatikan perubahan ukuran dan kontur payudara.
d.
Angkat lengan kiri. Dengan menggunakan 3 atau 4 jari tangan kanan, telusuri payudara kiri. Gerakkan jari-
jari tangan secara memutar (membentuk
lingkaran kecil) di sekeliling payudara, mulai dari tepi luar payudara lalu bergerak ke arah dalam sampai ke puting susu. Tekan secara perlahan, rasakan setiap benjolan atau
massa dibawah kulit. Lakukan hal yang sama terhadap payudara kanan dengan cara mengangkat lengan kanan dan memeriksanya dengan tangan kiri. Perhatikan juga daerah antara kedua
payudara dan ketiak.
e.
Tekan puting susu secara perlahan dan perhatikan apakah
keluar cairan dari puting susu. Lakukan hal ini secara bergantian pada
payudara kiri dan kanan.
f.
Berbaring terlentang dengan bantal yang diletakkan di bawah
bahu kiri dan lengan kiri ditarik ke atas. Telusuri payudara kiri dengan menggunakan jari-jari
tangan kanan. Dengan posisi seperti ini, payudara akan mendatar dan
memudahkan pemeriksaan. Lakukan hal yang sama terhadap payudara
kanan dengan meletakkan bantal di bawah bahu kanan dan mengangkat lengan kanan,
dan penelusuran payudara dilakukan oleh jari-jari tangan kiri.
Pemeriksaan no. 4 dan 5 akan lebih
mudah dilakukan ketika mandi karena dalam keadaan basah tangan lebih mudah
digerakkan dan kulit lebih licin.
2.
Mammografi
Pada mammografi digunakan
sinar X dosis
rendah untuk menemukan
daerah yang abnormal pada
payudara. Para ahli menganjurkan
kepada setiap wanita
yang berusia diatas
40 tahun untuk melakukan mammogram secara rutin setiap 1-2 tahun dan pada usia 50 tahun
keatas mammogarm dilakukan
sekali/tahun.
3.
USG payudara
USG digunakan untuk membedakan kista (kantung
berisi cairan) dengan benjolan padat.
4.
Termografi
Pada termografi
digunakan suhu untuk menemukan kelainan
pada payudara.
K. Pengobatan
Biasanya pengobatan dimulai setelah
dilakukan penilaian secara menyeluruh terhadap kondisi penderita, yaitu sekitar
1 minggu atau lebih setelah biopsi.
Pengobatannya terdiri dari pembedahan, terapi penyinaran, kemoterapi dan
obat penghambat hormon.
Terapi penyinaran digunakan membunuh
sel-sel kanker di tempat pengangkatan tumor dan daerah sekitarnya, termasuk
kelenjar getah bening. Kemoterapi (kombinasi obat-obatan untuk
membunuh sel-sel yang berkembanganbiak dengan cepat atau menekan
perkembangbiakannya) dan obat-obat penghambat hormon (obat yang mempengaruhi
kerja hormon yang menyokong pertumbuhan sel kanker) digunakan untuk menekan
pertumbuhan sel kanker di seluruh tubuh.
1.
Pengobatan untuk kanker payudara yang terlokalisir
Untuk kanker
yang terbatas pada payudara, pengobatannya hampir selalu meliputi pembedahan
(yang dilakukan segera setelah diagnosis ditegakkan) untuk mengangkat sebanyak
mungkin tumor. Terdapat sejumlah pilihan
pembedahan, pilihan utama adalah mastektomi
(pengangkatan seluruh payudara) atau pembedahan breast-conserving (hanya mengangkat tumor dan jaringan normal di sekitarnya).
a.
Pembedahan breast-conserving
Ø Lumpektomi: pengangkatan tumor dan sejumlah kecil jaringan normal di
sekitarnya.
Ø Eksisi luas atau mastektomi
parsial: pengangkatan tumor dan jaringan normal di sekitarnya yang lebih
banyak.
Ø Kuadrantektomi: pengangkatan seperempat bagian payudara. Pengangkatan tumor dan beberapa
jaringan normal di sekitarnya memberikan peluang terbaik untuk mencegah
kambuhnya kanker. Keuntungan utama dari pembedahan breast-conserving ditambah terapi penyinaran adalah kosmetik. Biasanya efek samping dari penyinaran
tidak menimbulkan nyeri dan berlangsung tidak lama. Kulit tampak merah atau
melepuh.
b. Mastektomi
Ø Mastektomi simplek, yaitu seluruh jaringan payudara
diangkat tetapi otot dibawah payudara dibiarkan utuh dan disisakan kulit yang
cukup untuk menutup luka bekas operasi. Rekonstruksi payudara lebih mudah
dilakukan jika otot dada dan jaringan lain dibawah payudara dibiarkan utuh. Prosedur ini biasanya digunakan untuk
mengobati kanker invasif yang telah menyebar luar ke dalam saluran air susu,
karena jika dilakukan pembedahan breast-conserving, kanker sering kambuh.
Ø Mastektomi simplek ditambah diseksi kelenjar getah bening
atau modifikasi mastektomi radikal,yaitu seluruh jaringan payudara diangkat
dengan menyisakan otot dan kulit, disertai sspengangkatan kelenjar getah bening
ketiak.
Ø Mastektomi radikal,yaitu seluruh payudara, otot dada dan
jaringan lainnya diangkat. Terapi
penyinaran yang dilakukan setelah pembedahan, akan sangat mengurangi resiko
kambuhnya kanker pada dinding dada atau pada kelenjar getah bening di
sekitarnya.
Ukuran tumor dan adanya sel-sel tumor
di dalam kelenjar getah bening mempengaruhi pemakaian kemoterapi dan obat
penghambat hormon. Beberapa ahli percaya
bahwa tumor yang garis tengahnya lebih kecil dari 1,3 cm bisa diatasi dengan
pembedahan saja. Jika garis tengah tumor lebih besar dari 5 cm, setelah
pembedahan biasanya diberikan kemoterapi. Jika garis tengah tumor lebih besar
dari 7,6 cm, kemoterapi biasanya diberikan sebelum pembedahan.
Penderita karsinoma lobuler in situ
bisa tetap berada dalam pengawasan ketat dan tidak menjalani pengobatan atau
segera menjalani mastektomi bilateral (pengangkatan kedua payudara). Hanya 25% karsinoma lobuler yang berkembang menjadi kanker invasif sehingga
banyak penderita yang memilih untuk tidak menjalani pengobatan. Jika penderita memilih untuk menjalani
pengobatan, maka dilakukan mastektomi
bilateral karena kanker tidak selalu tumbuh pada payudara yang sama dengan
karsinoma lobuler. Jika penderita
menginginkan pengobatan selain mastektomi,
maka diberikan obat penghambat hormon yaitu tamoxifen.
Setelah menjalani mastektomi simplek, kebanyakan penderita karsinoma duktal in situ tidak pernah mengalami
kekambuhan. Banyak juga penderita yang menjalani lumpektomi, kadang dikombinasi dengan terapi penyinaran.
Kanker payudara inflamatoir adalah kanker yang sangat serius meskipun jarang
terjadi. Payudara tampak seperti terinfeksi, teraba hangat, merah dan
membengkak. Pengobatannya terdiri dari
kemoterapi dan terapi penyinaran.
c.
Rekonstrusi payudara
Untuk rekonstruksi payudara bisa digunakan implan silikon atau salin
maupun jaringan yang diambil dari bagian tubuh lainnya. Rekonstruksi bisa dilakukan bersamaan dengan mastektomi atau bisa juga dilakukan di
kemudian hari.
Akhir-akhir ini keamanan pemakaian
silikon telah dipertanyakan. Silikon kadang merembes dari kantongnya sehingga
implan menjadi keras, menimbulkan nyeri dan bentuknya berubah. Selain itu,
silikon kadang masuk ke dalam laliran darah.
d.
Kemoterapi dan Obat Penghambat Hormon
Kemoterapi dan obat penghambat hormon
seringkali diberikan segera setelah pembedahan dan dilanjutkan selama beberapa
bulan atau tahun. Pengobatan ini menunda
kembalinya kanker dan memperpanjang angka harapan hidup penderita. Pemberian beberapa jenis kemoterapi lebih
efektif dibandingkan dengan kemoterapi tunggal. Tetapi tanpa pembedahan maupun
penyinaran,
obat-obat tersebut tidak dapat menyembuhkan kanker payudara.
Efek samping dari kemoterapi bisa
berupa mual, lelah, muntah, luka terbuka di mulut yang menimbulkan nyeri atau
kerontokan rambut yang sifatnya sementara. Pada saat ini muntah relatif jarang
terjadi karena adanya obat ondansetron.
Tanpa ondansetron, penderita akan
muntah sebanyak 1-6 kali selama 1-3 hari setelah kemoterapi. Berat dan lamanya
muntah bervariasi, tergantung kepada jenis kemoterapi yang digunakan dan
penderita. Selama beberapa bulan, penderita juga menjadi lebih peka
terhadap infeksi dan perdarahan. Tetapi pada akhirnya efek samping
tersebut akan menghilang.
Tamoxifen adalah obat penghambat hormon yang
bisa diberikan sebagai terapi lanjutan setelah pembedahan.Tamoxifen secara kimia berhubungan dengan estrogen dan memiliki beberapa efek yang
sama dengan terapisulih hormon (misalnya mengurangi resiko terjadinya osteoporosis dan penyakit jantung serta
meningkatkan resiko terjadinya kanker rahim).Tetapi tamoxifen tidak mengurangi hot
flashes ataupun merubah kekeringan vagina akibat menopause.
2.
Pengobatan kanker payudara yang telah menyebar
Kanker
payudara bisa menyebar ke berbagai bagian tubuh. Bagian tubuh yang paling
sering diserang adalah paru-paru, hati, tulang, kelenjar getah bening, otak dan
kulit. Kanker muncul pada bagian tubuh
tersebut dalam waktu bertahun-tahun atau bahkan berpuluh- puluh tahun setelah
kanker terdiagnosis dan diobati.
Penderita
kanker payudara yang telah menyebar tetapi tidak menunjukkan gejala biasanya
tidak akan memperoleh keuntungan dari pengobatan. Akibatnya pengobatan
seringkali ditunda sampai timbul gejala (misalnya nyeri) atau kanker mulai
memburuk. Jika penderita merasakan
nyeri, diberikan obat penghambat hormon atau kemoterapi untuk menekan
pertumbuhan sel kanker di seluruh tubuh.
Tetapi jika kanker hanya ditemukan di tulang, maka dilakukan terapi
penyinaran. Terapi penyinaran merupakan pengobatan yang paling efektif untuk
kanker tulang dan kanker yang telah menyebar ke otak.
Obat
penghambat hormon lebih sering diberikan kepada:
a.
kanker yang didukung oleh estrogen
b.
penderita yang tidak menunjukkan tanda-tanda kanker selama
lebih dari 2 tahun setelah terdiagnosis - kanker yang tidak terlalu mengancam
jiwa penderita.
Obat
tersebut sangat efektif jika diberikan kepada penderita yang berusia 40 tahun
dan masih mengalami menstruasi serta menghasilkan estrogen dalam jumlah besar
atau kepada penderita yang 5 tahun lalu mengalami menopause.
Tamoxifen memiliki sedikit efek samping sehngga
merupakan obat pilihan pertama. Selain
itu, untuk menghentikan pembentukan estrogen bisa dilakukan pembedahan untuk
mengangkat ovarium (indung telur) atau terapi penyinaran untuk menghancurkan
ovarium.
Jika
kanker mulai menyebar kembali berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah
pemberian obat penghambat hormon, maka digunakan obat penghambat hormon yang
lain. Aminoglutetimid adalah obat penghambat hormon yang banyak digunakan
untuk mengatasi rasa nyeri akibat kanker di dalam tulang. Hydrocortisone (suatu hormon steroid ) biasanya diberikan pada saat
yang bersamaan, karena aminoglutetimid
menekan pembentukan hydrocortisone
alami oleh tubuh.
Kemoterapi
yang paling efektif adalah cyclophosphamide, doxorubicin,
paclitaxel, dosetaxel, svinorelbin dan mitomycin C. Obat-obat ini seringkali digunakan
sebagai tambahan pada pemberian obat penghambat hormon.
No comments:
Post a Comment